Berita Viral
Potret Perumahan Arthera Hill, Mulai Ditinggal Warga Karena Banjir 6 Kali dalam Setahun
Perumahan The Arthera Hill Ekstension yang terletak di Desa Jayasampurna, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi mulai ditinggal penghuni
Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
Potret Perumahan Arthera Hill, Mulai Ditinggal Warga Karena Banjir 6 Kali dalam Setahun
TRIBUNJATENG.COM – Perumahan The Arthera Hill Ekstension yang terletak di Desa Jayasampurna, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, kembali menjadi sorotan tajam publik.
Kawasan hunian yang digadang-gadang sebagai pemukiman eksklusif ini justru menjadi momok bagi para penghuninya setelah dilanda banjir sebanyak enam kali hanya dalam waktu satu tahun terakhir.

Ironisnya, rumah-rumah yang dibeli dengan harga mahal itu belum genap setahun ditempati. Banyak warga yang merasa tertipu dan dirugikan. Tak sedikit dari mereka yang akhirnya memilih untuk meninggalkan rumah meski dengan berat hati dan kerugian finansial yang tidak sedikit.

“Yang masih bertahan di bawah 10 persen, itupun karena alasan biaya,” kata Adam, salah satu warga yang menghuni Blok CB, saat ditemui pada Jumat (18/07).
Ia sendiri mengaku sudah lebih dulu memindahkan istri dan anaknya dari kawasan perumahan tersebut demi keamanan dan kesehatan mental keluarga.
“Anak saya trauma setiap kali mendengar suara hujan deras,” tambahnya lirih.
Upaya Mitigasi Dinilai Tak Menyentuh Akar Masalah
Adam mengungkapkan bahwa warga sudah beberapa kali menyampaikan masukan kepada pengembang, PT Prisma Inti Propertindo. Salah satu usulan adalah membangun tanggul dengan dinding panel untuk menahan limpasan air dari saluran dan lahan sekitar. Namun upaya itu tidak berjalan sesuai harapan.
“Kita sudah kasih masukan, misalnya bikin tanggul dengan dinding panel. Tapi nyatanya tetap jebol karena pondasinya nggak kuat,” jelasnya.
Pihak pengembang diketahui telah mengerahkan dua unit ekskavator dan sejumlah pekerja untuk memperbaiki tanggul yang jebol.
Namun, langkah ini dinilai tidak efektif dan hanya bersifat sementara. Sebagian besar warga menganggap bahwa solusi yang ditawarkan belum menyentuh akar permasalahan yang sebenarnya, yaitu sistem drainase dan perencanaan kawasan yang lemah sejak awal pembangunan.
“Seharusnya sebelum membangun rumah, mereka sudah menghitung risiko banjir. Ini bukan banjir besar, tapi genangan yang terus berulang. Itu artinya ada kesalahan perencanaan,” tegas Adam.
Tuntutan Warga dan Harapan Solusi Jangka Panjang
Meskipun sebagian besar warga telah angkat kaki, mereka tetap berharap agar pihak pengembang bertanggung jawab atas kerugian yang dialami. Beberapa bahkan mempertimbangkan untuk menggugat secara hukum karena merasa telah dirugikan secara materil dan emosional.
“Kalau tidak ada kejelasan, kami akan ajukan gugatan. Kami beli rumah, bukan kolam renang,” kata seorang warga lain yang enggan disebutkan namanya.
Warga berharap ada transparansi dan tindakan nyata dari pengembang dan pemerintah daerah untuk memastikan kawasan ini aman bagi hunian, atau setidaknya memberikan ganti rugi yang layak bagi para korban.
(*)
"Saya Syok" Edi Warga Ungaran Tiba-tiba Terima Akta Cerai dari Istri, Menduga Palsukan Dokumen |
![]() |
---|
Inilah Sosok Pendaki Gunung Tertua di Dunia, Taklukan Gunung Fuji di Usia 102 Tahun |
![]() |
---|
Nasib Guru di Sleman Setelah Viral Diminta Mencicipi MBG, Ikut Keracunan Bersama 378 Siswa |
![]() |
---|
Duduk Perkara Ustaz Evie Effendi Dilaporkan, KDRT hingga Ludahi Anak: Gegara Minta Uang Bulanan |
![]() |
---|
10 Fakta Kasus Rumah Hadi di Demak Dilelang Koperasi Gara-gara Utang Rp 20 Juta, Bunga Rp 56 Juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.