Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Direndahkan Guru Karena Miskin Ingin Kuliah, Gadis asal Rote Raih Mimpi Lolos di UI

Margaret, seorang gadis asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, sukses menginspirasi banyak orang setelah perjuangannya menembus Fakultas Psikologi UI.

Penulis: Andra Prabasari | Editor: galih permadi
tribunnews.com
KISAH MARGARET - Margaret, seorang gadis asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, sukses menginspirasi banyak orang setelah perjuangannya menembus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) menjadi viral. 

Direndahkan Guru Karena Miskin Ingin Kuliah, Gadis asal Rote Raih Mimpi Lolos di UI

TRIBUNJATENG.COM - Margaret, seorang gadis asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, sukses menginspirasi banyak orang setelah perjuangannya menembus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) menjadi viral. 

Di balik keberhasilannya, tersimpan kisah pilu tentang perjuangan, ejekan, dan keteguhan hati.

Margaret bukan berasal dari keluarga berada. 

Ia dan keluarganya tinggal di sebuah rumah kayu sederhana yang hanya memiliki satu kamar dan minim perabotan. 

Kondisi ekonomi ini kerap menjadi bahan cibiran, baik dari lingkungan sekolah maupun tetangga sekitar.

Saat masih duduk di bangku sekolah, Margaret mengaku kerap direndahkan oleh gurunya sendiri lantaran berani bermimpi untuk kuliah di UI.

“Kamu nggak bisa bayar uang sekolah, tapi mau kuliah di UI,” begitu ungkapan menyakitkan yang terus diulang oleh gurunya.

Tekanan tersebut sempat membuat Margaret hampir menyerah dan enggan mendaftar kuliah. 

Namun, dua hari sebelum penutupan Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), semangatnya kembali menyala. 

Tanpa sepengetahuan keluarga, ia mendaftar dan hanya memilih satu tujuan: Universitas Indonesia.

“Waktu itu jam 2 pagi baru saya daftar. Pilih satu saja, UI,” kenangnya.

Ketika pengumuman hasil seleksi tiba, Margaret tak menyangka dirinya lolos di jurusan Psikologi UI. 

Kabar ini disambut haru oleh keluarganya. 

Sang kakak bahkan bekerja hampir 24 jam demi mengumpulkan ongkos keberangkatan Margaret ke Jakarta.

Kisah perjuangan Margaret kemudian menarik perhatian dua tokoh pendidikan ternama Imam Santoso, dosen dan influencer dari ITB, serta Dr. Sudibyo, dosen senior dari FISIP UI. 

Keduanya rela datang langsung ke rumah Margaret di Pulau Rote untuk memberikan apresiasi berupa beasiswa, uang tunai, dan sebuah laptop.

Tangis haru pecah saat Margaret dan orang tuanya menerima bantuan tersebut. 

Di tengah kebahagiaan itu, Margaret kembali mengenang perlakuan merendahkan yang juga datang dari tetangga.

“Ada yang bilang, jangan mimpi kuliah di Jawa. Anak pejabat saja pulang bawa utang,” ungkapnya.

"Sempat dibilang juga 'Miskin banyak gaya kuliah di Jawa'," imbuhnya.

Namun semua cibiran itu kini terbantahkan. 

Margaret telah membuktikan bahwa mimpi tak ditentukan oleh latar belakang ekonomi, melainkan oleh keberanian untuk mencoba dan keyakinan untuk terus melangkah.

“Tak ada mimpi yang terlalu besar untuk pemimpi yang kecil,” tulis Imam Santoso melalui akun pribadinya.

Kisah Margaret menjadi pengingat bahwa setiap anak bangsa, dari pelosok mana pun asalnya, punya hak untuk bermimpi dan menggapai pendidikan setinggi-tingginya. 

Dan Margaret, gadis tangguh dari Pulau Rote, telah membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk meraih prestasi.

Sementara itu nasib baik berpihak Rini Amriani gadis kelahiran Soppeng 3 Maret 2000 itu. 

Mantan pengurus Himaprodi PBSI FBS UNM itu berhasil lolos beasiswa unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Oktober 2024 sempat beberapa kali gagal sebelumnya.

"Alhamdulillah berkas kerja keras dan doa orang tua saya lolos beasiswa unggulan Kemendikbud," ujar Rini kepada wartawan Sabtu (25/1/2025).

Rini mahasiswa program magister di Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar. 

Ia mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.

Berbekal keyakinan dan tekad yang kuat, Rini pun memutuskan lanjut kuliah dengan biaya sendiri. Ia juga turut dibantu oleh kedua orang tuanya.

"Ternyata kunci keberhasilan itu jangan pernah berhenti mencoba dan jangan takut gagal. Tuhan ingin menguji kerja keras kita," ujar Rini.

"Alhamdulillah terima kasih Beasiswa Unggulan membantu mewujudkan mimpi saya untuk bisa kuliah program magister," kata Rini.

Setelah menyelesaikan studi magister, Rini punya cita-cita untuk berkarir sebagai seorang tenaga pendidik atau dosen.

"Saya menyadari bahwa menjadi seorang pendidik bukan hanya tentang menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga tentang membimbing, menginspirasi, dan mendukung perkembangan intelektual dan karakter siswa," kata Rini.

"Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang akan saya tempuh adalah terus meningkatkan kompetensi yang saya miliki dengan senantiasa mengikuti berbagai pelatihan untuk pendidik. Saya percaya bahwa dunia pendidikan terus berkembang dan berubah, sehingga penting bagi saya untuk selalu memperbarui pengetahuan dan keterampilan saya agar dapat memberikan pendidikan yang relevan dan bermakna bagi siswa," kata Rini.

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved