Tribunjateng Hari ini
Ibu Satria Menanti Sambil Tatap Foto di Dinding
Tatapan ibunya berkaca-kaca saat memandangi potret anak yang kini entah kapan bisa kembali.
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Suasana di gang sempit Kupangdukun, Kelurahan Kupang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Rabu (23/7) siang, tampak tenang.
Hanya deru kendaraan dari jalan raya Semarang-Yogyakarta yang terdengar dari kejauhan, sesekali memecah keheningan lingkungan yang sehari-harinya dikenal damai.
Di antara deretan rumah dalam gang yang hanya bisa dilalui satu mobil dan satu motor, terdapat sebuah rumah, tempat Satria Arta Kumbara, mantan prajurit Korps Marinir TNI AL yang kini tengah menjadi sorotan nasional karena bergabung dengan tentara bayaran di Rusia, menghabiskan masa kecilnya.
Baca juga: Video Ibu Satria Kumbara di Ambarawa Tunggu Kepulangan Sang Putra Eks Marinir Jadi Tentara Rusia
Pintu rumah di gang sempit itu tertutup rapat, tidak ada tanda aktivitas dari luar, hanya suara samar-samar terdengar dari dalam.
Ibunya, yang enggan diwawancara, memilih berbicara lewat diam.
Dalam kesunyian ruang tamu, foto-foto Satria saat berseragam marinir masih terpajang dalam pigura, seolah tak pernah kehilangan tempat.
Tatapan ibunya berkaca-kaca saat memandangi potret anak yang kini entah kapan bisa kembali.
Harapan itu belum pudar, ia terlihat percaya pada waktu dan pada pihak-pihak berwenang yang suatu saat bisa mengembalikan anaknya ke Indonesia.
Di tengah sepinya rumah dan padatnya warung-warung di luar gang, terdapat satu perasaan yang tak bisa dibendung, yakni rindu seorang ibu yang tak terucap.
Satu di antara tetangga sekaligus teman kecil Satria, Bangun Prihanto (41), masih ingat betul kenangan masa kecil mereka.
Baginya, kabar Satria menjadi tentara bayaran di Rusia datang seperti badai di siang bolong.
Tak ada yang menyangka, anak gang sempit itu kini terlibat dalam konflik internasional.
Rumah mereka hanya terpaut tiga bangunan.
Hampir setiap hari mereka bermain bersama, berbagi jalan hidup dari Taman Kanak-kanak (TK), sempat berpisah di bangku SMP, kemudian kembali bertemu di SMK yang sama.
"Kami sekolah di TK Virgo, SDN Kupang 01, saya SMPN 02 dan dia SMPN 01 Ambarawa, dan terakhir kami bareng lagi di SMK Dr Tjipto," tuturnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.