Tanoto Foundation
Menanam Nilai Persaudaraan dan Budaya Sejak Dini
Berikut essai Dian Marta Wijayanti, M.Pd, Kepala SDN Gajahmungkur 03 & Fasilitator PINTAR Tanoto Foundation.
Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
Oleh: Dian Marta Wijayanti, M.Pd, Kepala SDN Gajahmungkur 03 & Fasilitator PINTAR Tanoto Foundation
HARI Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap 23 Juli merupakan momen penting untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran anak sebagai generasi penerus bangsa. Tanggal ini ditetapkan berdasarkan pengesahan Undang-Undang Kesejahteraan Anak pada 23 Juli 1979.
Tahun ini, HAN mengangkat tema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045” dengan tagline “Anak Indonesia Bersaudara”. Tema tersebut menegaskan bahwa anak Indonesia harus dipersiapkan tidak hanya untuk menjadi pribadi yang cerdas, tetapi juga sehat, tangguh, dan memiliki daya juang. Nilai-nilai persaudaraan dalam keberagaman menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter generasi muda.
Dalam rangka memperingati HAN, SDN Gajahmungkur 03 Kota Semarang menyelenggarakan kegiatan bertajuk Pagi Ceria: Berbudaya dan Bermitra. Kegiatan ini bertujuan membangun rasa toleransi dan solidaritas antarsiswa dari berbagai latar belakang budaya, suku, dan agama.
Kegiatan dimulai di lapangan sekolah dengan senam bersama bertema “Anak Indonesia Hebat” yang dipandu oleh guru PJOK. Sebelum memulai senam, siswa dilatih untuk berbaris rapi sebagai bentuk pembiasaan tanggung jawab dan disiplin. Setelah senam, kegiatan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan doa bersama sesuai keyakinan masing-masing.

Baca juga: Pendaftaran Program Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation Kembali Dibuka
Pagi Ceria kemudian berlanjut dengan sosialisasi yang membahas pentingnya menjaga sikap terhadap sesama, menjauhi bullying, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Pesan-pesan yang disampaikan menekankan bahwa tubuh yang sehat adalah modal utama untuk meraih cita-cita. Anak-anak juga diingatkan agar tidak bermain ponsel di pinggir jalan demi keselamatan diri.
Kemeriahan acara semakin terasa saat siswa diajak bermain berbagai permainan tradisional bersama tamu dari unsur TNI dan Kepolisian. Permainan seperti dakon, holahop, otok-otok bambu, gasing, karet, egrang, bakiak, dan batok kelapa menjadi sarana pembelajaran yang menyenangkan. Beberapa alat permainan dibawa sendiri oleh siswa dari rumah, sementara sekolah turut menyediakan permainan lainnya.
Salah satu siswa, Amel, tampak antusias dan mengatakan, “Tadi saya main dakon dengan teman. Saya senang sekali meskipun kalah.” Kegiatan ditutup dengan Makan Bergizi Gratis (MBG) bersama seluruh siswa sebagai bagian dari penguatan gizi dan kebersamaan.
Pelaksanaan Pagi Ceria menjadi bukti nyata bahwa pendidikan karakter, budaya, dan kemitraan dapat ditanamkan secara menyenangkan di lingkungan sekolah. Kegiatan ini juga sejalan dengan penguatan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, yang diharapkan terus dijalankan secara berkelanjutan sebagai bagian dari budaya sekolah. (*)