BBM Langka di Jember: Antre di SPBU 4 Jam, Harga Eceran Pertalite Jadi 20 Ribu hingga Sekolah Daring
Kelanggakaan BBM terjadi di Jember, Jawa Timur selama beberapa hari terakhir. Sedangkan anak sekolah terpaksa belajar dari rumah
TRIBUNJATENG.COM - Kelanggakaan BBM terjadi di Jember, Jawa Timur selama beberapa hari terakhir.
Dampaknya menyentuh berbagai sektor kehidupan masyarakt.
Antre BBM di SPBU harus sabar hingga empat jam.
Bisa juga membeli eceran dengan harga pertamax perliter mencapai Rp 25 ribu.
Driver ojol kolaps karena motor tak ada BBM.
Sedangkan anak sekolah terpaksa belajar dari rumah.
Baca juga: Indonesia Terancam Tsunami Imbas Gempa Magnitudo 8,7 di Rusia, Ini Daftar Wilayahnya
Baru masuk tahun ajaran baru, sekolah di Jember, Jawa Tmur, harus melakukan pembelajaran dalam jaringan (daring).
Hal ini mulai berlaku sejak Bupati Jember Muhammad Fawait mengeluarkan surat edaran (SE) pada Senin (28/7/2025).
Kebijakan Pemkab Jember itu diambil di tengah krisis BBM akibat penutupan Jalur Gumitir mulai 24 Juli 2025.
Antrean BBM tak terkendali karena suplai BBM ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Jember terhambat.
"Kelangkaan BBM karena masalah, bukan persediaan, tapi masalah pendistribusian ya agak tersendat yang biasanya dari Banyuwangi ke Jember itu lancar maka ini ada halangan," katanya dalam jumpa pers di kantor DPRD Jember, Senin malam.
Atas fenomena yang sudah terjadi dalam beberapa hari ini, Fawait membuat keputusan sebagai solusi meminimalisasi dampak yang makin parah lagi.
Ia memutuskan mengeluarkan SE sekolah daring hingga ketersediaan BBM normal kembali.
Sementara sekolah swasta bisa menyesuaikan.
"Dengan harapan bisa meringankan sedikit beban masyarakat Jember yang itu menjadi kewenangan kami yaitu mulai besok (29/7/2025) sampai kondisi normal kembali. Para pelajar di Kabupaten Jember boleh mengikukti pelajaran secara daring," terangnya didampingi sejumlah ASN dan anggota legislatif.
Pengambilan kebijakan itu, tambahnya, dilakukan setelah berkoordinasi dengan berbagai pihak, anggota DPRD Jember, internal Pemkab Jember, hingga ahli.
Fawait memandang solusi itu akan membuat kebutuhan BBM berkurang dan antrean panjang di SPBU hingga menyebabkan kemacetan juga mengganggu perekonomian bisa teratasi.
Banyak di antara orangtua di Jember yang mengantar jemput anaknya ke sekolah menggunakan kendaraan pribadi, motor ataupun mobil.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jember Hadi Mulyono menyampaikan, SE bupati mengenai sekolah daring sudah terlaksana sejak kemarin.
"Secara umum sudah terlaksana, sudah ada SE Bupati dan SE Kemenag Jember," ucapnya kepada Kompas.com, Rabu (30/7/2025).

Tengkulak Bermunculan, Harga Eceran Tembus Rp 25.000 Per Liter
Harga BBM eceran di Jember, Jawa Timur, mencapai Rp 25.000 per liter, imbas kelangkaan BBM akibat penutupan Jalur Gumitir.
Selain pedagang BBM eceran yang kesehariannya di rumah, tak sedikit penjual dadakan yang berjualan di depan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
BBM yang dijual bahkan masih di dalam tangki motor.
Di pusat kota, banyak pengecer yang aji mumpung menjual pertalite Rp 20.000 per liter, sementara pertamax Rp 25.000 per liter.
Keadaan tersbut pun terjadi di desa-desa.
Tak mempermasalahkan harganya yang mahal, masyarakat tetap membelinya asal dapat BBM dengan cepat tanpa ikut mengantre panjang di SPBU.
Rata-rata BBM tak dipajang di rak-rak tempat pengecer seperti biasanya.
Namun, stok disembunyikan dan baru dikeluarkan jika ada yang datang membeli atau memasan secara daring.
Penjual BBM dadakan terjadi di depan sejumlah SPBU di Jember dengan harga dua kali lipat.
Imam Nawawi, warga Kecamatan Ambulu, Jember, mengatakan sudah kehabisan BBM sejak kemarin (28/7/2025).
Ia memutuskan membeli pertamax eceran dua liter seharga Rp 50.000 agar bisa berangkat kerja malam harinya.
Saat mengantre BBM di SPBU Dukuhdempok Kecamatan Wuluhan, ia sempat menawar BBM milik orang di depannya, tapi ditolak.
"Terus aku dikasih petunjuk sama mereka agar bisa dapat BBM cepat, tetapi harganya mahal," katanya.
Nawawi ditunjukkan seorang pria bermotor Thunder tepat di depan SPBU yang rupanya menjual BBM di dalam tangki motor tersebut.
Ketika ada yang membeli, kata dia, BBM di dalam tangki motor itu dipindah ke dalam botol sesuai volume pembelian.
"Daripada antre lima jam, enggak omes (tak sabar, Red) aku," ucapnya.
Driver Ojek Online Kolaps, Tarif Otomatis Meroket
Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Jember, Jawa Timur berdampak pada pendapatan penyediaan jasa transportasi, seperti ojek online.
Hingga hari keempat krisis BBM tersebut, driver ojek online di kawasan Jember Kota nampak sepi, dan jarang yang berlalu lalang.
Ketua Forum Komunikasi Jember Online Bersatu (FKJOB) Deddy Novianto mengatakan, driver ojek online tidak beroperasi sejak Senin (28/7/2025) tepat pada hari ketiga krisis BBM.
"Fenomena ini membuat kerja teman-teman (driver) terhambat, karena kekurangan suplai BBM," ujarnya, Selasa (29/7/2025).
Menurutnya, banyak konsumen yang tidak mendapatkan pesanan driver.
Para ojek online memilih membiarkan orderan tersebut, karena kendaraan mereka suplai BBM-nya sangat tipis.
"Saya tadi malam pesan juga tidak dapat, karena driver yang bekerja sangat sedikit, sebab mereka masih antrean BBM di SPBU," kata Deddy.
Misalnya driver tersebut punya cadangan BBM, tetapi dapat orderan jauh lokasinya.
Mereka akan memilih tidak mengambil pesanan tersebut.
"Teman-teman tetap rasional, dari pada bisa berangkat ambil pesanan tetapi tidak bisa pulang, kan repot. Soalnya kondisi kesulitan BBM terjadi di semua SPBU Jember," kata Deddy.
Menurutnya, minimnya driver yang beroperasi di jalanan, sistem otomatis akan menaikkan tarif terhadap konsumen yang berkali-kali pesan ojek online.
"Naikan tarif bukan karena BBM-nya, tetapi karena drivernya sepi. Soalnya ketika ketika konsumen pesan driver, dan ter-cancel berkali-kali, otomatis sistem menaikan tarifnya," imbuh Deddy.
Deddy mengungkapkan kenaikan tarif ojek online tersebut sangat signifikan selama dua hari ini driver tidak beroperasi. Bisanya Rp 30 ribu menjadi Rp 50 ribu.
"Misal order lagu akan naik lagi jadi Rp 55, kalau tetap pesan lagi akan terus naik. Karena memang tidak ada driver, dan driver mau ambil tidak punya BBM," tuturnya.
Deddy menjelaskan sebetulnya kelangkaan BBM ini bukan disebabkan pasokan kurang, tetapi karena pengirimannya telat di SPBU.
"Masyarakat juga sendiri saya lihat agak panik. Meskipun isi tangki kendaraan masih separo, tapi masih ikut antre di SPBU.Hal itu karena tidak ada penjelasan mengenai kelangkaan BBM ini," ulasnya. (*)
Bulan Energy & Loss 2025 Kilang Cilacap, Kolaborasi untuk Efisiensi Demi Keberlanjutan Energi |
![]() |
---|
Pertamina Dukung Ekspor UMKM Kebumen ke AS, 6 Kontainer Keranjang Serat Alam Tembus Pasar New York |
![]() |
---|
Kilang Pertamina Selamatkan Ikan Belida untuk Lestarikan Kuliner Palembang |
![]() |
---|
Korban Tewas Kecelakaan Maut Bus Rombongan RS di Jalur Bromo Bertambah Jadi 9 Orang |
![]() |
---|
Misi Kemanusiaan Pertamina Kilang Cilacap: Memastikan Musala di Kebumen Aman untuk Bersujud |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.