Berita Viral
Kisah Kuli Bangunan Brebes Dipaksa Beli Seragam SMP untuk Anaknya Rp1,2 Juta, Tahan Malu Berhutang
Seorang buruh bangunan di Brebes, HM, harus meminjam uang dari majikannya demi memenuhi kebutuhan
Penulis: Lyz | Editor: muh radlis
Tapi kalau enggak ikut beli, takutnya anak saya bisa diperlakukan beda. Ini sekolah atau koperasi?. Tapi sudah terlanjur saya bayar."
"Tapi tidak diberikan kwitansi oleh pihak sekolah, katanya nanti mau dikasih, saat itu hanya mengisi lembar kertas pesanan saja,” tanya mang ST.
Sebagai pedagang bakso keliling yang tak menentu penghasilannya, mang ST berharap ada perubahan kebijakan yang memberikan pilihan bebas kepada orang tua untuk membeli seragam sesuai kemampuan, tanpa tekanan.
“Biar kami bisa tetap kasih yang terbaik buat anak, tanpa harus berhutang duluan hanya untuk beli bahan baju seragam,” harapnya.
Sementara Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga menyebut, tidak ada kewajiban membeli dari koperasi atau rekanan, kenyataannya para guru dan wali kelas kerap menjadi penyambung lidah sistem yang diam-diam seolah tak memberi pilihan.
“sekolah memang ada menyediakan seragam melalui koperasi, tapi tidak wajib," ujar Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Brebes, Caridah, saat ditemui media, Selasa(29/7/2025).
Caridah menyebut, tidak mengetahui adanya rekanan penyedia dari luar.
"Seragam diserahkan sepenuhnya ke masyarakat.
Namun ada sekolah yang menyiapkan di koperasi sekolah atau pihak lain, monggo jika masyarakat mau pesan.
Dalam aturan juga tidak ada pemaksaan pembelian seragam di sekolah, jadi itu sekali lagi tergantung kebutuhan wali murid," katanya.
Tak tinggal diam, Bupati Brebes Paramitha Widya Kusuma bahkan merespon terkait isu pungutan pembelian bahan seragam sekolah tersebut.
Pihaknya menyebut, sekolah tidak boleh membebankan kepada wali murid.
“Seragam itu tanggungan personal siswa dan tidak boleh menjadi bagian dari kewajiban yang dibebankan melalui sekolah,” tegasnya.
Paramitha menegaskan, bahwa tidak boleh ada bentuk diskriminasi terhadap siswa yang mengenakan seragam dari luar jalur pembelian sekolah, termasuk dalam hal pencatatan administrasi, pembagian kelas, atau perlakuan di dalam proses pembelajaran.
“Sekolah tidak boleh melakukan pembedaan atau tekanan terselubung dalam bentuk apapun terhadap siswa.
Seragam bukan penentu kualitas belajar.
Yang dibutuhkan anak-anak kita ini pendidikan yang ramah, adil, dan setara."
“Selama seragamnya sesuai ketentuan model dan warna, tidak ada alasan sekolah menolak atau mendiskriminasi,” pungkasnya. (Pet)
Politisi PDIP Wahyudin Moridu Mabuk Sambil Nyetir Mobil saat Bikin Video Rampok Uang Negara |
![]() |
---|
Sosok Wahyudin Anggota Dewan yang Viral Karena Hendak Merampok Uang Negara Bersama Selingkuhan |
![]() |
---|
Viral! Video Syur Diduga Mahasiswi Semarang Berdurasi 7 Menit 10 Detik: Wajah Ditutupi Tangan |
![]() |
---|
Viral Pengendara Motor Hilang Setelah Terjun ke Kali Babon Semarang, BPBD Beri Klarifikasi |
![]() |
---|
Sosok Wanita Bersama Wahyudin Moridu dalam Mobil yang Disebut Hugel, Bukan Istri Sah? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.