Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UKSW SALATIGA

Melalui Program COTI-NIU, LTC UKSW Ajak Mahasiswa Amerika Belajar Seni Anyaman Eceng Gondok

Language Training Center (LTC) UKSW melalui program Consortium of Teaching Indonesia (COTI) menghadirkan Astaria Eka Santi.

Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
Istimewa
KULIAH TAMU: LTC UKSW melalui program Consortium of Teaching Indonesia (COTI) menggelar kegiatan Summer Advanced Indonesian Abroad Program, belum lama ini. Kuliah tamu ini menjadi rangkaian program kegiatan mahasiswa COTI yang berlangsung sejak Juni hingga Agustus. (Dok UKSW) 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Language Training Center (LTC) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) melalui program Consortium of Teaching Indonesia (COTI) menghadirkan Astaria Eka Santi sebagai pembicara tamu dalam kegiatan Summer Advanced Indonesian Abroad Program, belum lama ini.

Kegiatan ini melibatkan enam belas mahasiswa dari berbagai universitas bergengsi dunia, di antaranya ialah Harvard University, Columbia University, dan Cornell University.

Diselenggarakan di lantai tujuh, perpustakaan O. Notohamidjojo, kuliah tamu ini menjadi rangkaian program kegiatan mahasiswa COTI yang berlangsung sejak Juni hingga Agustus. 

Koordinator program COTI, R.P.N. Dian Widi Sasanti S.Pd., menjelaskan bahwa program yang melibatkan Center for Southeast Asian Studies dari Northern Illinois University (NIU) dan The American Institute for Indonesian Studies (AIFIS) ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia bagi mahasiswa asing. 

“Selain menulis, menyimak, dan membaca, tujuan utama tentu saja agar dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia,” ungkapnya saat diwawancarai secara daring, Jumat (11/07/25).

Adapun pemilihan pembicara dalam kuliah tamu adalah komponen pembelajaran bahasa berdasarkan pada topik yang ditentukan setiap minggunya.

Setelah sebelumnya, edukasi pengelolaan sampah mewakili topik lingkungan. Kali ini, topik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menghadirkan pendiri Bengok Craft sebagai representasi produk inovatif berbahan dasar eceng gondok.

Baca juga: UKSW Satukan Budaya Lewat Bahasa: Mahasiswa Australia dan Indonesia Saling Belajar di Salatiga

Kelas Interaktif 

Antusiasme para peserta tampak dari beragam pertanyaan yang bergulir selama sesi perkuliahan berlangsung.

Hal ini menunjukkan peningkatan keterampilan mahasiswa dalam menyimak, berkomunikasi, serta merumuskan pertanyaan dalam bahasa Indonesia, menghasilkan suasana kelas yang interaktif dan imersif. 

Selain pemaparan materi, Astaria Eka Santi juga mengajak para peserta untuk merasakan langsung pengalaman membuat seni kerajinan tangan.

Secara bersama-sama, para mahasiswa asal Amerika ini menganyam bilah eceng gondok kering menjadi aksesori menarik, yaitu gantungan kunci berbentuk menara. 

Salah satu peserta, yakni dosen dari Clarkson University, Michael Garcia, mengaku tertarik dengan produk ini yang tidak hanya memiliki nilai jual tinggi, tetapi juga dibuat dengan keterampilan seni. 

“Ini adalah bisnis kreatif yang menarik, dibuat dengan seni dan dapat dipakai untuk fashion,” ungkapnya. 

Ubah Ancaman Menjadi Peluang

Kehadiran Bengok Craft sebagai kerajinan eco-friendly yang secara efektif mengurangi invasi gulma, sukses mendulang pundi-pundi ekonomi.

Astaria Eka Santi menjelaskan bahwa eceng gondok memiliki dampak buruk terhadap kelestarian ekosistem Danau Rawa Pening. 

“Pada tahun 2019, 75 persen Danau Rawa Pening telah tertutup oleh eceng gondok, ini menjadi salah satu misi kami yakni menyelamatkan ekosistem Rawa Pening dari gulma,” tuturnya.

Maka dari itu, Bengok Craft hadir sebagai usaha mengelola eceng gondok agar memiliki nilai ekonomi berupa inovasi kerajinan seni anyaman.

Baca juga: UKSW Ajak 137 Siswa SMA Kristen Kalam Kudus Praktik Langsung di Laboratorium

Saat ini, ia tak hanya bersaing di pasar lokal, namun juga berhasil merambah hingga ke mancanegara seperti Jepang, Singapura, Dubai, dan Italia. 

Melalui kegiatan ini, UKSW menunjukkan dukungan nyata terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs ke-4 pendidikan berkualitas dan SDGs ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan. 

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 32 Prodi terakreditasi Unggul dan A.

Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah.

Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat.

Salam Satu Hati UKSW! (Laili S/***)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved