HUT ke 80 RI
Saat Tunanetra dan Penyandang Disabilitas Mental Lomba Agustusan: Ada Tawa di Balik Getirnya Hidup
Dalam lomba joget balon ini masing-masing peserta tidak boleh memegang balon. Setiap peserta berpasangan dengan menjepit balon
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Rama begitu antusias saat mengikuti lomba joget balon.
Bersama kawannya sesama tunanetra, Rama menjalin kekompakan dengan menjepit balon di dada dengan kawannya dengan alunan lagu yang menggebu.
Dalam lomba joget balon ini masing-masing peserta tidak boleh memegang balon. Setiap peserta berpasangan dengan menjepit balon di dada atau di punggung.
Setiap balon yang meletus atau jatuh dianggap gugur.
Sesekali musik pengiring dihentikan dan para peserta pun harus mematung.
Sontak saat itu juga ada berbagai gaya lucu dan aneh yang mengundang gelak tawa sesama peserta.
Suasana seru pun membuncah. Seolah-olah mereka lupa bahwa dunia yang gelap dalam pandangannya tak lagi menjadi beban.
Setelahnya para peserta yang terdiri atas para tunanetra dan disabilitas mental ini mengikuti lomba memindahkan air.
Dalam lomba kali ini setiap kelompok terdapat tiga orang.
Satu orang bertugas menjaga ember untuk diisi air.
Dua orang lainnya bertugas memindahkan air dari ember lainnya.
Dalam lomba memindahkan air kali ini setiap peserta tunanetra dengan kategori total blind atau buta total matanya tidak ditutup.
Sementara peserta tunanetra kategori low vision atau masih bisa menangkap cahaya dalam penglihatannya matanya ditutup dengan kain.
Saat itu Rama berkelompok dengan Tegar dan satu penyandang tunanetra lainnya.
Rama yang bertugas memindahkan air tersebut sementara Tegar bertugas menjaga ember kosong sembari berteriak sebagai penanda lokasi ember berada.
Jarak antara ember berisi air dan ember kosong sekitar lima meter.
Dalam memindahkan air peserta menggunakan gelas plastik.
“Senang bisa kumpul bersama teman-teman akrab sekali,” kata Rama pemilik nama lengkap Fahrama Tegar Wibowo.
Lomba-lomba tersebut diselenggarakan di Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra (PPSDN) Pendowo di Jalan Pendowo Mlati Lor, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Rabu (6/8/2025).
Lomba ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia.
Selama beberapa hari ke depan, para penyandang tunanetra dan disabilitas mental akan diajak bersenang-senang dalam rangkaian lomba.
Selain joget balon dan memindahkan air, ada beberapa lomba lain yang digelar selama beberapa hari ke depan.
Mulai dari lomba menyanyi kolaborasi antara tunanetra dan disabilitas mental, mereka juga akan diajak jalan sehat.
Perlombaan dalam rangka HUT ke-80 RI ini bisa membuat Rama gembira.
Berkumpul sesama tunanetra membuatnya hidup tidak sendiri.
Kekacauan pikiran yang sempat dirasakan karena dunia tiba-tiba menjadi gelap lambat laun sirna berkat pendampingan selama hidup di PPSDSN Pendowo sejak satu tahun terakhir.
“Di sini saya bisa bertemu teman banyak. Oleh pendamping juga akrab. Saya bisa curhat dan cerita blak-blakan,” kata Rama alumnus jurusan Manajemen Untag Semarang.
Terhitung sejak setahun terakhir Rama tinggal di PPSDSN Pendowo Kudus. Sebelumnya dia bisa melihat normal.
Autoimun yang menyerang saraf penglihatannya membuatnya tiba-tiba tidak bisa melihat sejak Desember 2021.
Kondisi inilah yang belakangan membuatnya stres. Dia merasa tidak bisa berdaya dan benci dengan kehidupan.
“Saya merasa sangat lelah. Kenapa hanya saya yang mendapat cobaan ini,” kata Rama.
Di balik kekesalan menghadapi hidup, Rama masih terus berjuang dalam hidup.
Terbukti pada pertengahan 2024 dia berhasil lulus dari jurusan manajemen Untag Semarang.
Setelahnya dia diantar keluarga untuk tinggal di PPSDSN Pendowo Kudus.
Di sinilah dia menemukan makna hidup. Dia bertemu dengan kawan-kawan senasib yang tidak bisa melihat gemerlapnya dunia.
“Di sini saya bisa sedikit demi sedikit melepas penat dan stres.
Lama memang, harus bertahap. Di sini juga banyak pembimbing yang akrab,” kata pemuda 25 tahun ini.
Sementara Kepala PPSDSN Pendowo Kudus Sundarwati mengatakan, lomba untuk memeriahkan kemerdekaan ke-80 RI ini dikonsep untuk menumbuhkan kekompakan antara penyandang tunanetra dan disabilitas mental.
Total ada 41 orang peserta. Terdiri atas 31 tunanetra dan 10 penyandang disabilitas mental.
“Untuk disabilitas mental ini yang kami ajak lomba hanya mereka yang sudah bisa diajak komunikasi,” kata Sundarwati.
Tidak ada maksud lain dalam perlombaan ini kecuali menumbuhkan rasa cinta Tanah Air dan memberi asupan semangat kepada para penyandang disabilitas untuk tetap semangat dalam menjalani kehidupan.
Aktivitas fisik yang sarat akan kegembiraan, lanjutnya, juga bagian dari terapi agar para penyandang disabilitas terhindar dari stres dan tekanan mental yang berkepanjangan.
“Dengan kegiatan lomba ini harapan kami mereka bisa punya semangat kembali dan secara bertahap dan pelan-pelan bisa menerima kenyataan,” katanya.
Meriahkan HUT ke-80 RI, Pemkab Banyumas Gelar Semarak Karnaval Mobil Hias Akhir Pekan Ini |
![]() |
---|
Kabar Penting Buat Warga Karanganyar: Karnaval HUT ke-80 RI Digelar Jumat Malam, Ini Rutenya |
![]() |
---|
Guru dan Siswa Asing di GMIS Semarang Terpesona Tradisi Lomba 17-an Indonesia |
![]() |
---|
Gebyar Diskon Kemerdekaan Tiket Masuk Kawasan Wisata Kab Tegal, Mulai 17 Agustus-17 September 2025 |
![]() |
---|
Senyum Pedagang Pasar Martoloyo Tegal Rayakan Semangat HUT ke-80 RI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.