Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Pihak Sekolah di Purwokerto Belum Bisa Pastikan Ada atau Tidaknya Perundungan dalam MPLS

Kepala sekolah dari diduga siswa korban perundungan di Purwokerto, TTK menegaskan pihaknya belum dapat memastikan apakah benar

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
TribunJateng.com/Permata Putra Sejati
DUGAAN PERUNDUNGAN - DPN (kiri) bersama ibunya AH (kanan) saat ditemui di rumahnya di daerah Kecamatan Purwokerto Selatan, Jumat (8/8/2025). Ia mengalami trauma dan harus menjalani perawatan di rumah sakit selama 16 hari. 


"Total anak saya dirawat 16 hari di rumah sakit. 


Dokter berpesan supaya anak tidak ditekan dulu, karena sekarang sedang mengalami kecemasan dan trauma," ujar AH kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (8/8/2025). 


Ia mengisahkan, MPLS dimulai pada Senin (14/7/2025). 


Pada hari kedua, Selasa (15/7/2025) pagi, anaknya DPN terlihat enggan berangkat sekolah. 


Saat pulang sore harinya, ia masih bisa diajak bicara, namun menolak menjawab saat ditanya alasan enggan masuk sekolah dan mulai menampakan murung.


Keesokan harinya, Rabu (16/7/2025) pagi, salah satu anggota keluarga yang merupakan bibi DPN menanyakan hal serupa. 


Saat itulah DPN bercerita ia telah dipukul bagian perut oleh tiga orang temannya. 


Hingga akhirnya di hari yang sama DN dibawa ke rumah sakit pada Rabu malam. 


Meski demikian, hingga kini ia belum mau mengungkapkan alasan dibalik kejadian tersebut.


"Sejak itu anak saya jadi pendiam. 


Padahal biasanya dia berbicara seperti anak-anak pada umumnya," tutur AH.


AH mengatakan, putranya baru pulang dari RSUD Margono Soekarjo pada Sabtu (2/8/2025). 


Sejak saat itu, DPN sulit tidur nyenyak di kamarnya sendiri dan memilih tidur di ruang depan rumah.


DPN merupakan warga Kecamatan Purwokerto Selatan. 


Ia masuk ke salah satu SMA Negeri di Purwokerto melalui jalur zonasi khusus yang memperhitungkan kategori usia sesuai syarat penerimaan siswa baru.


Orangtua mengaku sudah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak sekolah. 


"Saya minta keadilan untuk anak saya supaya pelakunya dilacak. 


Saat MPLS itu dia belum kenal dengan teman-temannya, jadi belum banyak berinteraksi. 


Waktu kecil memang pernah mengalami step, tapi setelah itu tidak pernah ada masalah, termasuk saat SMP," kata AH. (jti)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved