Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pati

Arogan Lagi Tak Mau Disalahkan Soal Polemik 5 Hari Sekolah di Pati, Sudewo: Itu Salah Disdik

Di samping kebijakan menaikkan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), gelombang protes terhadap

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Mazka Hauzan Naufal
POSKO DONASI - Suasana posko donasi Aliansi Masyarakat Pati Bersatu di depan Kantor Bupati Pati, Senin (11/8/2025) siang. Gelombang donasi masyarakat terus mengalir untuk mendukung aksi unjuk rasa 13 Agustus 2025 yang menuntut Sudewo turun dari jabatannya sebagai bupati. 


“Lantas PCNU memberi saran supaya ditindaklanjuti dinas pendidikan dan PCNU. Itu sudah ditindaklanjuti Plt Kepala Dinas Pendidikan dengan stafnya, duduk bersama dengan PCNU.

Tapi ternyata saran itu tidak dijalankan oleh Plt Kadisdikbud,” kata dia.


Sudewo mengaku baru mengetahui belakangan ini bahwa rekomendasi dari PCNU tidak diakomodasi oleh Disdikbud.


Sebab, saat hendak menandatangani SK pengesahan kebijakan 5 hari sekolah, pihaknya sudah bertanya pada Plt Kadisdikbud apakah draf yang ditandatanganinya sudah sesuai dengan saran dan masukan PCNU.


“Dia katakan sudah. Saya tanya apakah tidak mengganggu TPQ dan Madin, katanya tidak mengganggu, dan dari bawah semua sudah diparaf, makanya saya tanda tangan,” kata dia.


Sudewo baru bertanya-tanya ketika mendengar Aliansi Santri hendak ikut aksi unjuk rasa 13 Agustus. 


“Saya penasaran, salah saya dengan santri itu apa, ya? Saya terus telepon Ketua PCNU, Pak Yusuf Hasyim.

Ternyata masukan dari NU tidak diakomodasi oleh dinas pendidikan, di situ saya baru tahu bahwa ternyata 5 hari sekolah yang dijalankan itu mengganggu TPQ dan Madin,” kata dia.


Bahkan, menurut Sudewo, dia baru tahu bahwa salah satu konsekuensi pelaksanaan lima hari sekolah ini, ibadah salat dipaksakan harus di sekolah.

Bahkan sekolah yang tidak memiliki fasilitas masjid pun harus menggelar salat jumat.


“Itu saya baru tahu dan saya langsung tegur dinas pendidikan, kenapa tidak ngomong apa adanya bahwa draf itu tidak sesuai saran dan masukan NU.

Akhirnya dengan kejadian itu, saya ubah lagi, saya kembalikan ke 6 hari sekolah. Tidak boleh dilanjutkan karena kenyataannya mengganggu TPQ dan Madin,” papar dia.


Sudewo pun meminta maaf kepada PCNU dan seluruh warga Nahdliyin Pati atas kesalahpahaman ini.


“Akhirnya saya terpaksa menyampaikan pada masyarakat, 5 hari sekolah itu murni kesalahan internal kami di dinas pendidikan, bukan karena niatan saya.

Saya sama sekali tidak mengatakan sudah disetujui oleh NU, tapi ini murni bahwa dinas pendidikan betul-betul salah, tidak ngomong apa adanya dengan saya.

Drafnya ternyata masih seperti semula, tidak mengakomodir masukan NU. Mohon maaf sebesar-besarnya,” jelas Sudewo.


Dia juga mengucapkan terima kasih pada PCNU Pati yang telah ikut serta mendinginkan suasana dan mengimbau masyarakat untuk menjaga situasi kondusif.

Serta mengimbau seluruh warga nahdliyin untuk menahan diri pada aksi 13 Agustus nanti. (mzk)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved