Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Soal LRT, Djoko Setijowarno: Lupakan! Fokus Perbaiki Trans Semarang yang Dijuluki Cumi Darat

Selain itu, ia menyoroti permasalahan teknis di lapangan, seperti asap hitam yang kerap mengepul dari bus Trans Semarang

|
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muslimah
Tribun Jateng/Rezanda Akbar
BUS TRANS SEMARANG - Bus angkutan umum milik pemerintah kota saat melintas di kawasan Manyaran 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pembangunan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, menilai wacana pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Kota Semarang kurang realistis dan sebaiknya ditunda.

Menurutnya, ongkos membangun infrastruktur LRT atau trem lima tahun lalu saja sudah mencapai Rp 500 juta per kilometer, dan saat ini diperkirakan lebih tinggi. 

Angka tersebut belum termasuk biaya pengadaan kereta, sehingga akan membebani keuangan daerah maupun pusat.

“Semarang dengan APBD sekitar Rp5,5 triliun jelas tak sanggup membiayainya,” ujarnya saat dihubungi Tribunjateng, Kamis (14/8/2025).

Baca juga: Bupati Banyumas Desak Pemerintah Pusat Bantu Pembebasan Lahan Tol Pejagan-Banyumas-Cilacap

Djoko menjelaskan, kondisi Kota Semarang berbeda dengan Jakarta yang memang memerlukan citra internasional. 

Daerah di luar Jakarta, termasuk Semarang, memiliki kapasitas fiskal yang lebih rendah sehingga moda transportasi berbasis jalan dinilai lebih tepat dikembangkan.

Ia menilai Pemkot Semarang seharusnya fokus membenahi sistem Trans Semarang yang masih menyisakan berbagai persoalan, terutama keterjangkauan layanan hingga ke kawasan perumahan.

“Dengan dana pusat akan dibantu jalur busway. Kalau tidak salah, di Semarang sepanjang 17 km atau 21 km. Fokus saja ke situ. Mudah-mudahan lima tahun ini selesai, seperti proyek serupa yang dibangun di lima kota, termasuk Semarang,” jelasnya.

Djoko menyebut, saat ini ramainya penumpang Trans Semarang hanya terjadi pada pagi hari. Layanan pun belum menjangkau seluruh kawasan pemukiman. 

Dari 110 kawasan perumahan di Semarang, kurang dari 5 persen yang terlayani angkutan umum.

Permasalahan Trans Semarang

Selain itu, ia menyoroti permasalahan teknis di lapangan, seperti asap hitam yang kerap mengepul dari bus Trans Semarang dan mengganggu pengendara, atau disebut cumi-cumi darat yang merugikan pengguna jalan lain.

Belum lagi bus yang sering mogok di jalan

“Banyak yang harus dibenahi, misalnya mengganti armada dengan bus listrik supaya lebih modern dan menarik minat anak muda. Lupakan saja LRT itu. Berat, karena ongkosnya sangat tinggi,” tegasnya.

Djoko menilai potensi penumpang LRT di Semarang masih rendah. 

Jika dipaksakan, moda ini dikhawatirkan menjadi beban operasi bagi PT KAI atau operator lain karena permintaan yang kecil.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved