HUT RI
Anak-anak Marginal Merayakan Kemerdekaan di Kota Lama, Riang Gembira di Tengah Lomba
Teriakan tawa anak-anak pecah di sebelah Gedung Monod, Kota Lama Semarang.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Teriakan tawa anak-anak pecah di sebelah Gedung Monod, Kota Lama Semarang.
Dengan wajah belepotan tepung, sebagian berlari kocar-kacir saat mengikuti lomba balap kelereng bersama.
Sementara yang lain bersorak menyemangati kawan-kawannya yang sedang berjuang menghabiskan kerupuk yang digantung dengan tali rafia.
Baca juga: DWP UIN Saizu Semarakkan HUT ke-80 RI: Lomba Unik, Gelak Tawa, dan Semangat Kebersamaan
Baca juga: Rektor UMP Luncurkan Kampung Inggris Purwokerto di Kota Lama Banyumas
Di antara keramaian itu, Indri Agustanti (37), seorang ibu rumah tangga, tampak tersenyum menyaksikan kedua anaknya ikut serta.
“Sangat menyenangkan. Anak-anak kan suka, apalagi hari ini masih suasana kemerdekaan. Jadi mereka senang banget. Ada lomba kerupuk, kelereng, sampai mindah tepung,” katanya, Sabtu (23/8/2025).
Acara ini bukan sekadar lomba HUT RI biasa.
Kegiatan itu digelar Rumah Pintar Bangjo, sebuah komunitas yang konsisten mendampingi anak-anak marginal dari kawasan sekitar Pasar Johar dan Kota Lama.
Sejak berdiri lebih dari 15 tahun lalu, Rumah Pintar Bangjo telah menjadi ruang aman sekaligus tempat belajar alternatif bagi anak-anak jalanan.
“Di sini kita lebih banyak ngajarin hal-hal yang enggak didapat di sekolah, misalnya keterampilan membuat kerajinan tangan, mewarnai, atau belajar pengetahuan umum yang aplikatif,” ujar Panca Kurnia (23), staf kelompok belajar Rumah Pintar Bangjo.
Menurutnya, ada sekitar 50 anak dampingan yang rutin ikut kegiatan, terdiri dari 20 anak-anak dan 30 remaja.
Mereka biasanya belajar dua kali seminggu. Panca menyebut, meski fasilitas terbatas, semangat anak-anak untuk terus belajar dan berkegiatan tetap tinggi.
“Kami ingin mereka punya bekal hidup, meski akses pendidikan formal mereka sulit. Dari membuat gelang, key chain, membatik, sampai belajar jual-beli sederhana, itu semua bisa jadi keterampilan yang bermanfaat,” tambahnya.
Di momen kemerdekaan ini, suasana semakin hidup karena anak-anak yang biasanya akrab dengan buku gambar dan alat mewarnai, kini bebas bermain.
Ada yang masih mengenakan seragam sekolah lusuh, ada pula yang hanya memakai sandal jepit. Namun tawa mereka sama lepas, merdeka.
Bagi Indri, momen sederhana ini memberi kebahagiaan tersendiri.
“Yang penting anak-anak bisa senang bareng, bisa merasakan meriahnya kemerdekaan seperti teman-teman lain,” ujarnya.
Di tengah tembok tua Kota Lama, riuh lomba kemerdekaan seakan menjadi penanda anak-anak marginal pun berhak merdeka.
Setidaknya lewat ruang bermain yang diciptakan oleh komunitas seperti Rumah Pintar Bangjo. (Rad)
Kisah Marlina, Bikers Perempuan Asal Aceh Menjelajah Jateng hingga Yogyakarta di Bulan Kemerdekaan |
![]() |
---|
Potret Keseruan Warga Binaan Lapas Perempuan Semarang Saat Lomba Agustusan |
![]() |
---|
Terungkap Penyebab Kericuhan di Karnaval Peringatan HUT RI di Desa Tegalglagah Brebes |
![]() |
---|
"Rumah Saya Dibakar" Kisah Sochib Pejuang Veteran Soal Pertempuran 5 Hari di Semarang |
![]() |
---|
Ketika Eks Napi Teroris dan Mantan Aktivis Jamaah Islamiyah Ikut Upacara HUT RI di Alun-alun Kudus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.