Hari Sumpah Pemuda

HMI Nilai Pemerintah Lebih Peduli ke Urusan Olahraga daripada Kepemudaan

Editor: rustam aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HMI

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Pemerintah dalam satu setengah tahun terakhir cenderung memperhatikan olahraga dibanding permasalahan yang dihadapi pemuda, kata Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Muhammad Arief Rosyid Hasan di Jakarta, Selasa.

"Berdasarkan hasil diskusi kami dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, kami temukan hal yang memprihatinkan. Kementerian Pemuda dan Olah Raga lebih peduli mengembangkan olah raga dibanding pemuda," kata Arief Rosyid Hasan.

Arief mengemukakan pemerintah tidak salah fokus mengembangkan olahraga, namun jangan lupa mengembangkan prestasi pemuda sebagai generasi muda yang berguna bagi bangsa dan negara.

Pemerintah memiliki tanggung jawab terhadap pemuda. Pemerintah tidak boleh lepas tangan terhadap permasalahan yang dihadapi pemuda.

"Mereka adalah generasi muda. Generasi penerus bangsa, yang akan memegang tonggak kepemimpinan di negara ini," ujarnya.

Tantangan yang dihadapi pemuda sekarang, kata dia menjadi tulang punggung peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat.

Bangsa Indonesia yang diakui sebagai bangsa yang besar, yang memiliki sumber daya alam maupun sumber daya manusia sedang dihadapkan dengan tantangan besar pula untuk memajukan negara.

"Selain Indonesia akan mendapat tantangan global di depan mata yaitu Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, ternyata Indonesia juga tengah menghadapi tantangan yang justru datang dari sumber daya manusia itu sendiri," katanya.

Perayaan Sumpah Pemuda tahun ini semestinya memberi harapan baru bagi pemuda, sebab terjadi pergantian pemerintahan berdasarkan hasil Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014.

Presiden dan Wakil Presiden RI, Jokowi-Jusuf Kalla diharapkan mampu menciptakan generasi muda yang berkualitas.

"Pemenang pesta demokrasi itu adalah pemuda. Pemuda memiliki investasi yang besar dalam memenangkan Jokowi-Jusuf Kalla," ujarnya.

Menurut dia, kondisi demografi Indonesia dapat menjadi bonus, sebagai peluang kesempatan yang timbul akibat menurunnya tingkat kelahiran dan perubahan dalam struktur umur penduduk dengan jumlah angkatan kerja (15-64 tahun) yang lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat non produktif.

"Bonus demografi ini menjadi pijakan penting karena banyak menjelaskan vitalnya peran pemuda dalam menopang masa depan Indonesia," katanya.

Dia mengatakan sejak Kongres Pemuda II pada 86 tahun silam bangsa Indonesia sejatinya sudah membuktikan bahwa keberagaman suku, bangsa, agama serta budaya adalah kekuatan yang paling besar untuk mencapai kemerdekaan.

Dalam buku sejarah mencatat pemuda dan pemudi Indonesia sebagai sumber semangat dari pembangunan terhadap bangsa-bangsa lain dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Terbukti gerakan pemuda ini menjadi tonggak sejarah dari keberlanjutan pembangunan bangsa Indonesia sampai dengan dewasa ini," ujarnya. (*)

Berita Terkini