Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kerajinan Furnitur Unik Solo Diminati Wisatawan Manca

Baroto Seno menjelaskan, pembeli kebanyakan dari negara luar antara lain Australia, Belanda, Amerika Serikat, Kanada, dan Singapura.

Editor: rustam aji
zoom-inlihat foto Kerajinan Furnitur Unik Solo Diminati Wisatawan Manca
ketikasantai.blogspot.com
Ilustrasi - Kerajinan dari kayu

TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Industri kreatif workshop "Jalan Kayu" yang mengolah bahan baku kayu menjadi produk furnitur unik bernilai tinggi di Kelurahan Jajar, Laweyan Solo, Jawa Tengah, telah banyak diminati pembeli dari mancanegara.

Seorang perajin Baroto Seno (46) warga Gang Delima VIII RT 07 RW 14 Jajar Laweyan Solo, mengatakan, bahwa produksi berupa furnitur unik seperti meja, kursi, bufet, almari, dan hiasan dari bahan baku kayu lainnya telah diekspor ke mancanegara.

Baroto Seno menjelaskan, pembeli kebanyakan dari negara luar antara lain Australia, Belanda, Amerika Serikat, Kanada, dan Singapura.

"Bahkan, 'buyer' dari negara luar banyak yang datang langsung ke workshop di Gang Delima VIII Jajar untuk memilik langsung produk-produk yang mereka inginkan sesuai permintaan pasar," kata Baroto Seno, Rabu (18/3/2015).

Ia menjelaskan, dirinya mulai belajar tentang teknik mengolah kayu menjadi produk yang mempunyai nilai tinggi tersebut sejak 2002. Dirinya kemudian mulai melakukan bisnis pengolahan bahan kayu itu, pada 2007 hingga sekarang terus berkembang.

Menurut dia, idenya muncul adanya paradigma pada zaman dahulu masyarakat menilai bahwa kayu jati memiliki kualitas yang terbaik, sedangkan jenis lainya diabaikan oleh mereka.

"Saya kemudian mempunyai gagasan untuk memanfaatkan bahan baku lainmnya selain kayu jati untuk diolah menjadi produk yang mempunyai nilai tinggi," katanya.

Menurut dia, produknya semua dilakuklan dengan cara-cara sistem tradisional baik beralatan yang digunakan maupun pengerjaannya. Bahan kayu jenis apa saja saya manfaatkan seperti kayu pohon sengon, trembesi, asen, dan jaran yang sering diremehkan oleh masyarakat.

Menurut dia, dengan bahan kayu apa adanya dan sebelumnya diremehkan kualitasnya oleh masyarakat tersebut, setelah diolah menjadi produk furnitur unik, mereka kaget dan terkagum hasilnya.

Bahkan, produknya mampu menarik para buyer dari luar negeri untuk memesan didistribusikan ke negaranya.

Menurut dia, dahulu kayu pohon trembesi yang sering ditanam di pinggir jalan tidak pernah digunakan oleh masyaarakat. Namun, produk setelah diolah kini bisa laku hingga puluhan juta rupiah.

"Kami menjual produk furnitur unik itu, dari harga sekitar Rp 300 ribu per unik hingga Rp25 juta per unik. Hal ini tergantung kualitas, tingkat kesulitan, dan besar kecilnya barang," kata Baroto Seno.

Menurut dia, pihaknya dengan dibantu sebanyak 15 tenaga kerja mampu menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai yang tinggi. Mereka melakukan pekerjaan dengan cara tradisional seperti dengan alat penggergajian kayu, menantah, pengamplasan, dan dengan warna asli kayu yang terlihat seratnya yang indah.

"Hal ini, produksi yang disenangi pembeli di pasar luar negeri. Kreatifitas perajin sangat dibutuhkan dalam menciptakan sebuah produk ini," katanya.

Oleh karena itu, dirinya setiap membuat produk seperti meja bisa membutuhkan waktu sekitar satu bulan dapat diselesaikan, tetapi jika hanya kursi unik itu, dapat mencapai puluhan unit per bulan. Hal ini, tergantung tingkat kesulitannya.

Menyinggung soal melemahnya rupiah terhadap mata uang nilai Dolar AS, Baroto Seno menjelaskan, semua hasil produksinya dengan nilai uang rupiah, sehingga tidak begitu berdampak. Karena, semua bahan baku produknya diambil dari pasar lokal. "Kami menilai pasar funiture unik hingga saat ini cukup stabil. Permintaan pasar ada sedikit kenaikkan setiap bulannya, tetapi tidak signifikan," katanya. (*)

Sumber:
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved