TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Sebanyak 16 kelompok tari perwakilan 16 kecamatan Kota Semarang mengikuti Lomba Tari Warak Tingkat Kota Semarang Dalam Rangka Dudger 2016, di hall Balaikota Semarang, Selasa (31/5). Gelaran ini menyambut kehadiran bulan suci Ramadan.
Seorang penari, Arif Rahman mengatakan Tari Warak menggambarkan sekolompok anak muda yang suka ria menyambut ramadan. "Momennya pas dalam menyambut puasa Ramadan. Dan kita sebagai umat muslim harus suka ria menyambutnya. Apalagi sebentar lagi ada gelaran Dugderan," ujar Arif yang juga mahasiswa Unnes itu.
Kesulitan dalam menarikan tarian Warak, kata Arif, yakni ketika menyamakan gerakan dengan tiga penari lain. "Penari laki-laki bawa warak dan itu butuh tenaga dan harus merampakkan gerakan. Kesulitannya sih hanya itu," kata Arif warga Cirebon ini.
Arif merasa tidak malu untuk menarikan Tarian Warak. "Untuk apa malu jadi penari laki-laki. Ini juga untuk melestarikan budaya sendiri," ujarnya.
Hal sama disampaikan Kus Endarwati. Sebagai penari ia harus mampu menarikan berbagai jenis tarian termasuk Tarian Warak. "Tarian Warak kan khas Semarang, jadi harus bisa menarikan apalagi saya orang Semarang. Kalau bukan kita generasi muda yang melestarikan kebudayaan sendiri ya siapa lagi," ujarnya.
Sementara itu suasana Dugderan terasa kental di sekitar Pasar Johar Lama. Ratusan pedagang memadati arena dugderan 2016. Salah satunya Maslih yang sudah menjadi tradisi berjualan ketika Dugderan digelar. "Saya selalu jualan kalau ada dugderan. Lumayan hasilnya sehari bisa jual 10-15 kapal," ujar pedagang kapal otok-otok ini.
Maslih akan berjualan selama 10 hari gelaran arena Dugderan. Keberadaan pedagang pasar johar yang pindah ke Pasar Johar Sementara di kawasan MAJT sangat berpengaruh dengan jualannya. "Pas ada pedagang di sini bisa jual sampai 25 kapal sehari. Ini agak berkurang. Tapi saya tetap yakin tahun ini akan ramai," ujarnya. (tribunjateng/galih permadi)