Benar-benar kondisi tempat tinggal yang tidak layak untuk anak-anak atau siapapun.
Beratapkan gua dan lantai tanah, keduanya tidur di atas bale yang terbuat dari bambu dengan alas plastik hitam.
Tak ada listrik, penerangan yang mereka dapatkan hanya bersumber dari obor yang disulutnya setiap malam.
Setiap harinya, Jayson dan Juan Garana turun bukit di pagi hari dan naik kembali di malam hari, hanya untuk pergi ke sekolah.
Gurunya mengatakan, meskipun hidup miskin namun mereka tidak pernah melewatkan satu kelas kecuali mereka sakit.
Keduanya tinggal bersama sang ayah, Johnny, di dalam gua tersebut.
Menurut Johnny, mereka sempat memiliki rumah kecil, namun dua tahun yang lalu mereka harus kehilangan rumahnya karena ada badai besar.
Badai itu kemudian menghempaskan gubuk kecilnya beserta seluruh isinya.
Tidak bisa mengandalkan bantuan pemerintah, mereka akhirnya memutuskan untuk tinggal di dalam gua.
Anehnya, Jayson dan Juan merupakan murid yang rajin.
Meskipun kesulitan mereka, termasuk kurangnya listrik, air yang mengalir, fasilitas sanitasi, dan bahkan uang makan siang untuk sekolah, mereka berhasil mendapatkan nilai yang baik.
Menurut pengauan ayahnya, ibunya meninggalkan mereka tahun lalu.
Tapi sang ayah selalu mendukung mereka, dan kerap hadir untuk menghibur anak laki-lakinya pada setiap kegiatan sekolah besar.
Foto saat gurunya mengunjungi gua yang jadi rumah muridnya :
Ini videonya:
(*/tribunnewsbogor/Vivi Febrianti)