TRIBUNJATENG.COM - Kuliner Nusantara dari Pulau Andalas diwakili oleh Mi Aceh. Mi berbahan tepung terigu ini menjadi kuliner khas dari tanah rencong.
Sepiring mi gandum tebal berwarna merah berisi udang, cumi, dan daging sapi. Tak lupa emping melinjo dan acar dari timun segar, bawang merah, dan cabai hijau.
Mi Aceh tumis komplit menjadi favorit pengunjung yang datang ke kedai Mi Aceh Bang Wali yang terletak di Jalan Banjarsari nomor 38, Tembalang, Kota Semarang.
Saat menyendokkan mi, terasa pedasnya cabai dan merica, gurih dan asin kaldu sapi campur daun bawang dan seledri, sedapnya bawang merah dan bawang putih yang telah bercampur dengan masakan, lalu aroma kayu manis yang kuat menjelang mie masuk ke mulut.
Bagi lidah Jawa, akan terasa aneh memadukan kayu manis dengan makanan yang asin-pedas.
Namun diakui oleh Chairil Munazir (23), juru masak Mi Aceh Bang Wali, bahan tersebut merupakan khas dari kuliner Aceh yang memadukan beragam rempah pada masakan.
Terdapat empat macam penyajian mi Aceh, khususnya yang disajikan oleh Mie Aceh Bang Wali.
Pengunjung dapat memilih mi rebus yang berkuah, mi tumis yang berkuah kental, mi goreng basah yang masih mempertahankan tekstur mi, dan mi goreng yang benar-benar kering.
Sementara untuk bahan pelengkap, terdapat pilihan, biasa, cumi, udang, daging, telur ceplok, telur dadar, telur uduk, kepiting, kerang, dan jamur. Ada pula pilihan nasi goreng Aceh dengan bahan pelengkap sama.
Harga yang dibanderol untuk makanan mulai Rp 2.000-Rp 40.000.
Minuman yang ditawarkan pun tak jauh dari ciri khas Aceh, seperti teh tarik, kopi sanger, kopi ulee kareng, kopi telor kocok, kopi terbalik, dan timun serut. Ada pula pilihan es teh dan es jeruk. Harga yang dibanderol mulai Rp1.000-Rp10.000.
Mie Aceh Bang Wali menggunakan mi produksi sendiri dan bumbu yang digunakan merupakan bumbu olahan manual mereka.
Di tanah Serambi Mekkah, mi merupakan makanan yang dihidangkan oleh warung kopi lokal.
Tingkat kepedasan yang dimiliki oleh mi Aceh tak membatasi anak-anak untuk menikmatinya dan menurut mereka, kepedasan tersebut masih standar.
Biasanya, mie Aceh dinikmati ketika malam hari dan ditemani secangkir kopi. Warga Aceh sangat familiar dengan kopi dan menjadi konsumsi harian oleh segala usia.
“Warung kopi di Aceh sangat ramai ketika pagi hari dan warung kopi selalu mudah dijumpai di Aceh,” ujar Chairil.
Tertarik untuk menjajal kuliner Mie Aceh Bang Wali? Tenang saja, kedai buka setiap hari mulai pukul 14.00-22.00. (*)