TRIBUNJATENG.COM -- Ibadah puasa boleh dikatakan sebagai perjalanan fisikal dan spiritual. Secara fisikal, orang yang berpuasa harus menahan makan dan minum serta hal-hal yang membatalkannya sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
Secara spiritual orang yang berpuasa dituntut mempertajam mata batin dengan menghindari hal-hal yang dilarang agama. Berpuasa berarti meningkatkan kedekatannya kepada Allah. Dengan kedekatan itu seseorang akan terjaga dalam kebajikan yang puncaknya memperoleh derajat ketaqwaan.
Lazimnya, sebuah perjalanan memerlukan bekal. Karena itu, Nabi Muhammad SAW memerintahkan sahur sebagai bekal sebelum menjalankan ibadah puasa. Sahur adalah makan pada waktu dini hari menjelang waktu subuh atau sebelum puasa dimulai. Sabda Nabi, "Bersahurlah, karena pada makan sahur itu ada keberkahan."
Puasa merupakan suatu medium yang diciptakan Tuhan untuk menggambarkan proses atau perjalanan baik fisik dan sipiritual. Sudah jamak diketahui, hidup di dunia ini merupakan satu fase perjalanan panjang manusia menuju ke suatu tujuan. Orang yang sedang dalam perjalanan ia tentu membutuhkan bekal agar selamat sampai tujuan.
Dalam bahasa Alquran, pada hakekatnya seluruh manusia sama-sama sebagai musafir atau sedang dalam perjalanan. "Wahai manusia sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemuiNya" (QS. Al-Insyiqaq: 6).
Setiap manusia pada dasarnya sama kedudukannya, yaitu sebagai musafir atau berjalan menuju Tuhannya, yang pasti akan dijumpainya. Bekal utama perjalanan menuju Tuhan adalah bekal ketaqawaan.
"Berbekallah kamu sekalian, sebaik-baik bekal adalah bekal taqwa" (QS. Al-baqarah: 197). Bekal taqwa adalah perbekalan hakiki semua manusia yang dapat mengantarkannya mencapai hidup bahagia.
Namun dalam kehidupan dunia ini setiap orang berada dalam lorong-lorong perjalanan yang berbeda-beda sesuai profesi dan kedudukan masing-masing. Bekal yang perlu disiapkan pun bermacam-macam ada bekal fisik, materi, dan semangat.
Bila kita berkedudukan sebagai orangtua, kita sedang dalam perjalanan mendidik anak-anak. Orangtua juga terus menerus mengumpulkan bekal pengalaman dan pengetahuan, utamanya tentang metode yang tepat mendidik anak sesuai zamannya. Mendidik anak adalah proses yang terus berjalan sepanjang hayat.
Begitu juga seorang pejabat negara pada dasarnya sedang dalam perjalanan memegang amanahnya. Sepanjang ia menjabat adalah perjalanan yang terus memerlukan bekal, utamanya bekal keteguhan dan kejujuran untuk berlaku adil terhadap siapapun. Di samping itu, juga bekal kesiapan mental agar tidak terlena dengan berbagai bentuk penyimpangan.
Seorang pelajar ia sedang dalam perjalanan menuntut ilmu. Bekal bagi pelajar adalah mengumpulkan sebanyak mungkin ilmu untuk diabdikan kepada masyarakat. Bekal ilmu bisa diperoleh dari guru-gurunya, buku-buku, dan sumber-sumber lainnya.
Bekal ilmu adalah bekal universal, dan pelajar tidak boleh puas atas ilmu yang dimilikinya.
Spirit puasa melalui perintah sahur mengajarkan agar manusia berbekal untuk seluruh perjalanannya. Bekal yang banyak memungkinkan manusia bertahan dalam menjalani proses kehidupan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Dr Mutohharun Jinan
Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (*)