Liputan Khusus

Dinsos Mengaku Selalu Antarkan Orang‎ Sakit Tak Dikenal ke RS Kariadi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenazah Amokrane Sabet saat dibawa ke Ruang Jenazah RSUP Sanglah, Denpasar, Bali Senin (2/5/2016).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kadaver, atau mayat yang diawetkan untuk kepentingan pendidikan, jamak berasal dari jenazah orang tak dikenal atau tanpa identitas jelas, meski tidak selalu demikian dalam kasus tertentu.

Kepala ‎Dinsos (Dinsos) Kota Semarang, Tommy Y Said pun menanggapi hal itu. Tak jarang pihaknya menerima laporan ada orang tak dikenal yang diketemukan sakit di area publik, semisal di pinggir jalan, emparan ruko, atau tempat-tempat lain.

Menurut dia, jika masyarakat mendapati hal itu, ada dua hal yang bisa dilakukan. Pertama, langsung menghubungi Ambulance Hebat, atau kedua menghubungi pihak Dinsos.

"Selanjutnya nanti pihak Dinsos yang akan membawa orang tak dikenal itu ke rumah sakit. Kalau menerima laporan seperti itu, kami bawa ke (RSUP) dr Kariadi," ucapnya, kepada Tribun Jateng, baru-baru ini.

Dalam hal ini, Tommy menuturkan, Dinsos akan memberi surat pengantar, agar orang tak dikenal itu dibebeskan dari tagihan biaya pengobatan. Sebab, semua biaya akan ditanggung negara.

"Jika kemudian sembuh, sementara akan kami tampung di Among Jiwo. Tetapi bila orang tak dikenal itu meninggal dalam proses perawatan di RSUP dr Kariadi, hal itu menjadi kewenangan pihak rumah sakit pelat merah itu," terangnya.

Saat ini, Tommy menyatakan, Among Jiwo menampung sekitar 70-80 orang yang tak mempunyai atau memang ditelantarkan keluarga.‎

"Jumlah penghuninya naik turun secara cepat, karena memang harusnya itu kan penampungan sementara," tuturnya. ‎

Adapun, di kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bergota Semarang terdapat sebuah lahan pemakaman yang dikhususkan bagi mayat tak bertuan, atau jenazah tuna wisma yang tidak diakui sanak keluarga, atau tak memiliki identitas.

Dari RS Kariadi

Warga sekitar mengetahui mayat-mayat yang dikuburkan di tempat itu berasal dari RSUP dr Kariadi. Proses pemakaman dilakukan dengan tata cara Islam, dan hanya dihadiri modin serta penggali kubur.

"Setahu saya seperti layaknya pemakaman biasanya. Cuma pak modin dan pekerja penggali makam saja yang mendoakan di saat jenazah dimakamkan. Setahu saya sih begitu, soalnya kan lokasinya kebetulan di belakang rumah saya, jadi saya tahu proses pemakamannya," ucap Pik'i (36), warga sekitar.

Menurut dia, setiap tahun selalu ada mayat yang dikubur di tempat itu. Paling sering penguburan jenazah perorangan.

"Kalau jadwal pastinya nggak mesti. Tapi dalam setahun pasti ada sekali dua kali prosesi pemakaman. Jenazah yang dikubur di lokasi itu cuma berasal dari RS Kariadi," paparnya.

Pik'i yang sudah sejak lahir, atau 36 tahun tinggal di Bergota, bercerita, kadang ada jenasah yang sudah dikebumikan kemudian dibongkar lagi dalam kurun waktu beberapa bulan.

Halaman
12

Berita Terkini