Baca tanpa iklan
Namun kecenderungan ini akan mampu terbentengi jika pengawasan guru untuk memantau dan mencegah praktik senioritas.
Karena dianggap akut dan pasti akan mengganggu proses kreativitas murid maka senioritas harus dinisbikan agar semangat mewujudkan generasi yang berkarakter akan terealisasi secara optimal.
Dalam pelaksanaan MPLS anggota OSIS tidak diberikan kesempatan untuk menyampaikan materi apapun kecuali hanya melakukan pendampingan agar proses MPLS berjalan maksimal.
Yang ketiga adalah murid baru sebagai objek hendaknya mengikuti arahan dari guru serta pendamping agar pesan dalam pelaksanaan MPLS dapat diterima sebagai bekal pada pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Tahapan yang harus diikuti, ditunjang dengan materi yang telah disesuaikan degan lingkungan sekolah dengan harapan setelah berakhirnya MPLS murid baru akan merasa memiliki sekolah sebagai lingkungan yang nyaman sehingga akan tumbuh semangat untuk memutus praktik senioritas.
Dan yang keempat adalah orang tua. Orang tua memiliki peran strategis dalam mewujudkan MPLS yang berkualitas dengan cara berperan aktif dalam mengikuti informasi dan memantau kebijakan-kebijakan yag sesuai dengan tujuan pembentukan karakter yang diharapkan.
Jika dalam pelaksanaan MPLS terjadi praktik senioritas maka orang tua dapat melaporkan langsung kepada panitia tingkat sekolah agar kualitas MPLS benar-benar memberikan makna positif bagi perkembangan pola belajar murid baru.
Komponen yang terakhir dalam upaya mewujudkan MPLS yang berkualitas adalah kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam Permendikbud No. 18 tahun 2016.
Acuan dalam pelaksanaan MPLS ini merupakan rumusan positif agar segala bentuk praktik senioritas dalam kemasan bullying atau sejenisnya dapat diminimalisir agar semangat belajar semakin meningkat dengan cara mengenali lingkungan sekolah secara arif dan bijaksana.
Dengan dimulainya tahun pelajaran 2018/2019 ada harapan besar dari langkah awal yang akan terukir dalam indahnya MPLS berkualitas tanpa senioritas.
Semoga.(*)