Korban Lion Air Asal Temanggung Dimakamkan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Isak tangis keluarga di RS Polri saat proses serah terima jenazah, Minggu (4/11/2018).

TRIBUNJATENG.COM, TEMANGGUNG -- Seorang korban meninggal akibat kecelakaan pesawat Lion Air JT-610, Wahyu Susilo (31), telah dimakamkan di kampung halamannya di Dusun Macanan, Desa Mojosari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung, Minggu (4/10).

Jenazah Wahyu tiba di rumah duka sekitar pukul 12.30.

Isak tangis orangtua, kerabat, dan para tetangga, seketika pecah begitu peti jenazah diturunkan dari mobil ambulans. Terlebih istri Wahyu, Isti Khasanah (29) yang sedang hamil tujuh minggu.

Berkali-kali wanita itu harus dipapah karena lemas. Jenazah Wahyu langsung disalatkan di masjid setempat.

Sekitar pukul 15.30 WIB, jenazah Wahyu dimakamkan di Pemakaman Desa Mojosari. Manajer Service Relation Lion Air, Slamet Dauri menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas kecelakaan pasawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT-610 yang ditumpangi almarhum Wahyu dan ratusan penumpang lainnya. Slamet turut mengantarkan jenazah Wahyu Susilo dari Jakarta ke rumah duka.

"Kami mewakili pihak Lion Air turut mengucapkan belasungklawa mendalam bagi keluarga korban yang ditinggalkan. Semoga mereka diberi ketabahan setelah meninggalnya Wahyu Susilo," ungkap Slamet, seusai prosesi pemakaman.

Menurut Slamet, perusahaan maskapai Lion Air bertanggung jawab penuh terhadap para korban, baik secara material maupun moril. Pihaknya juga berjanji akan segera memberikan uang santunan dan asuransi yang saat ini tengah dalam proses pengurusan.

"Sekarang sedang dalam proses, secepatnya akan kami berikan," katanya.

Diketahui, kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 rute penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang terjadi, Senin (29/10) lalu.

Pesawat yang ditumpangi 189 penumpang dan kru itu jatuh di lepas pantai Karawang, Jawa Barat.

Hingga saat ini tim SAR gabungan masih terus berupaya melakukan evakuasi terhadap korban dan serpihan-serpihan pesawat. Data sementara per Minggu (4/11) total ada 14 jenazah yang berhasil diidentifikasi.

Pada hari yang sama, jenazah pramugari Lion Air, Endang Sri Bagus Nita (20), dimakamkan di pekuburan umum Desa Ayam Putih, Bulus Pesantren, Kebumen. Isak tangis keluarga, saudara dan tetangga mengiringi jenazah korban menuju pemakaman. Yulianti (37), ibu korban, histeris saat pemakaman putrinya. Yul bahkan sempat tak sadarkan diri saat peti jenazah anaknya dimasukkan ke liang lahat.

"Minta doanya aja yang terbaik buat anak saya," kata Satijo (45), ayah korban, saat ditemui di pemakaman.

Ibunda korban terlihat sangat terpukul, berkali-kali jatuh pingsan dan histeris. Doa dan taburan bunga sebagai penghormatan terakhir mengiringi jenazah Endang, anak pertama dari empat bersaudara pasangan Satijo dan Yulianti.

Satijo menuturkan, anak kesayangannya itu baru menjalani masa training selama enam bulan di Lion Air. Namun, musibah Lion Air, 29 Oktober lalu, Endang harus mengakhiri masa training pada penerbangannya yang ke-8 sebagai pramugari magang.

"Hari itu anak saya masih tugas untuk terbang dari Jakarta ke Pangkalpinang. Dia baru enam bulan kerja, istilahnya masih training dan masih delapan kali terbang," ucap Satijo. 

138 Kantong Jenazah Sudah Diangkut

SEBANYAK 32 kantong jenazah hasil pencarian tim evakuasi pesawat Lion Air penerbangan JT-610 registrasi pesawat PK-LQP, tiba di Pelabuhan JICT II Tanjung Priok, Minggu (4/11) petang. Kantong jenazah ini dibawa dari perairan dan Pantai Tanjung Pakis, Karawang, menggunakan rigit inflatable boat (RIB) sekitar pukul 17.21.

"Kami tadi mengerahkan remote controlled vehicle (ROV) sebelum para penyelam turun. Kami kerahkan yang ada di kapal kita sejauh radius 250 meter sehingga di situ kelihatan masih banyak korban yang perlu dievakuasi," ujar Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Badan SAR Nasional Nugroho, Budi Wiryanto, Minggu malam.

Satu kantong berisi serpihan pesawat, sementara 31 lainnya berisi bagian tubuh korban. Petugas dari DVI Polda Metro Jaya, Basarnas, PMI, dan TNI memeriksa dan mendata 31 kantong tersebut. Usai didata, seluruh kantong dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur untuk keperluan identifikasi.

Sebelumnya sekitar pukul 06.00, RIB juga telah membawa satu kantong jenazah berisi bagian tubuh korban. Dengan demikian, ada 32 kantong jenazah berisi bagian tubuh yang diangkut sejak Minggu pagi. Total sudah 138 kantong jenazah yang diangkut, sejak Senin (29/10). 

KNKT Unduh 69 Jam Data Penerbangan Lion Air JT 610

KOMISI Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sukses mengunduh Flight Data Recorder (FDR) dari kotak hitam pesawat Lion Air JT 610. Proses unduh data dibantu National Transportation Safety Board (NTSB) Amerika Serikat, Transport Safety Investigation Biro Singapura, dan Australian Transport Safety Biro.

"Update dari lab black box KNKT bahwa FDR telah berhasil di-download," ujar Kepala Subkomite Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo, saat konferensi pers di kantor KNKT, Jakarta, Minggu (4/11).

Menurut Nurcahyo, FDR tersebut berisi data penerbangan selama 69 jam terakhir, yang terdiri atas 19 penerbangan. Salah satunya, data penerbangan terakhir sebelum pesawat jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.

Sebelumya, KNKT lebih dulu membersihkan memori FDR dari kotak hitam pesawat Lion Air JT 610. Kondisi memori FDR disebut perlu dibersihkan karena basah dan terdapat residu garam. Pembersihan dan pengeringan dilakukan dengan memasukkan ke dalam oven secara hati-hati agar tidak merusak data dalam memori.

Pesawat Lion Air JT 610 dengan rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat pada Senin (29/10). Pesawat itu jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Tangerang, Banten.

Sedianya, pesawat itu mendarat di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, pukul 07.20. Pesawat yang baru beroperasi pada 15 Agustus 2018 itu diketahui membawa 189 orang, yang terdiri dari 178 penumpang dewasa, 1 orang anak, 2 bayi, dan 8 awak pesawat.

Bagian dari kotak hitam pesawat Lion Air JT 610, yakni FDR baru ditemukan, Kamis (1/11), di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. FDR itu ditemukan oleh tim penyelam TNI Angkatan Laut di kedalaman 25-35 meter di perairan Tanjung Karawang. Selanjutnya, kotak hitam diserahkan kepada KNKT untuk melakukan investigasi penyebab jatuhnya pesawat. (kps/Tribunnews)

Berita Terkini