OPINI Sumbo Tinarbuko : Watak dan Watuk

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sumbo Tinarbuko

Oleh Sumbo Tinarbuko

Doktor Ilmu Humaniora FIB UGM dan Dosen Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta

Watak menurut KBBI (kbbi.web.id) adalah sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku serta budi pekerti manusia tersebut. Sedangkan watuk atau batuk oleh KBBI dimaksudkan sebagai penyakit pada jalan pernapasan atau paru-paru yang kerap kali menimbulkan rasa gatal pada tenggorok sehingga merangsang penderita mengeluarkan bunyi yang keras seperti menyalak.

Dalam pemeo masyarakat Jawa, watak dikonotasikan sebagai tabiat negatif. Tidak bisa diubah alias tidak dapat disembuhkan. Mengapa? Karena keberadaan watak menjadi satu paket jiwa raga dengan sang jabang bayi. Sedangkan watuk dapat disembuhkan dengan cepat. Karena watuk diposisikan sebagai penyakit yang menganggu jalan pernapasan.

Pemeo watak dan watuk terpapar jelas pada fenomena saling menyalahkan serta budaya balas dendam. Pelaku budaya balas dendam dan saling menyalahkan banyak dilakonkan pejabat penyelenggara pemerintahan maupun petinggi parpol.

Mereka melakukannya dengan kesadaran penuh. Targetnya demi melanggengkan kekuasaannya dari serangan tangan usil para seterunya. Ironisnya, teror sosial semacam itu terpaksa menjadi camilan sehari-hari yang harus dikonsumsi masyarakat awam.

Budaya saling menyalahkan

Pada tahun politik ini, pemeo watak dan watuk dapat disimak dari pernyataan kontroversial Capres 02 Prabowo Subianto. Hal itu dipaparkannya dalam pidato memperingati Hari Disabilitas Internasional seperti dikutip Tribunjateng.com (5/12/2018). Di antaranya: ‘’ada upaya besar memanipulasi demokrasi’’, ‘’ada pihak-pihak yang memiliki uang dan berupaya menyuap seluruh lapisan masyarakat’’.

Sementara itu, tiga hari sebelumnya, masih dikutip dari dikutip Tribunjateng.com, Prabowo Subianto berang sebab para wartawan tidak menyebutkan secara detail jumlah peserta reuni 212 yang menurutnya berjumlah 11 juta orang. Karena itulah Prabowo menyebut para wartawan tidak berhak menyandang predikat sebagai jurnalis."Saya tidak mengakui Anda sebagai jurnalis. Saya sarankan kalian tidak usah hormat sama mereka lagi," kata Prabowo dengan nada tinggi.

Sebelumnya, Prabowo Subianto juga pernah mengeluarkan pernyataan kontroversial perihal ‘’tampang Boyolali’’, ‘’tukang ojek’’, ‘’Indonesia bubar 2030’’.

Dalam perspektif budaya visual, watak saling menyalahkan dan budaya balas dendam acapkali dipertontonkan pejabat penyelenggara pemerintahan, anggota dewan dan petinggi parpol. Semua dijalankannya demi memperebutkan pangkat dan kekuasaan. Ujung capaiannya berupa penumpukan harta kekayaan.

Mengapa mereka lebih mengedepankan watak buruk semacam itu? Banyak faktor menyebabkan mereka terlibat dalam permainan patgulipat yang tidak bermartabat. Ditengarai mereka mengutamakan sifat kemaruk (serakah). Mereka senantiasa memfokuskan diri guna mewujudkan keinginan egopribadi, kelompok dan partainya.

Tan kena luput cinatur

Mereka yang suka menyalahkan orang lain dan selalu menyangkal atas kesalahannya, dalam perspektif budaya Jawa disebut tan kena luput cinatur (tidak mau diajak berbicara atau berdiskusi). Kelompok penguasa berwatak seperti ini menganggap pemikirannya selalu baik dan benar.

Watak penguasa tan kena luput cinatur dapat dicermati dari perilaku dan kebijakannya. Mereka enggan diajak berkomunikasi. Mereka tidak suka berdialog apalagi berembug. Mereka gemar berkolaborasi negatif dengan anggota dewan dan pengusaha. Kebijakannya seakan untuk kemakmuran rakyat. Padahal realitas sosialnya sudah dicetak sedemikian rupa. Hasil cetakan kebijakan yang tidak bijaksana itu lebih menguntungkan diri, kelompok dan partainya.

Halaman
12

Berita Terkini