Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA --Masyarakat Tasikmalaya sempat dihebohkan dengan fenomena buah durian dengan harga fantastis.
Durian J Queen yang dihasilkan dari pohon durian milik petani di Banyumas Jawa Tengah itu mampu menembus harga Rp 14 juta perbutir di sebuah supermarket di Tasikmalaya.
Tentu banderol harga selangit itu menyesuaikan kualitas buah yang unggul serta cita rasa yang langka.
Tidak jauh dari Banyumas, Banjarnegara, beberapa varietas durian unggulan juga dihasilkan dari kebun milik petani lokal.
Keunggulan durian lokal itu dibuktikan dengan raihan penghargaan pada sejumlah kejuaraan atau kontes durian, baik tingkat provinsi maupun nasional.
Nama durian Kamun tentu sudah tak asing bagi para pecinta buah durian, khususnya di Banjarnegara. Kualitas rasa buahnya tak lagi disangsikan.
Manis buah begitu terasa, namun pahitnya tak tertinggal. Daging durian Kamun juga cukup tebal, sehingga terasa lebih memuaskan.
Popularitas Kamun bukan hanya menyangkut rasa. Namanya yang melegenda membuat siapapun tertarik mencoba.
Iya, durian Kamun hanya dihasilkan dari sebuah pohon berusia sangat tua, konon umurnya sekitar 200 tahun. Namanya diambil dari orang yang diyakini menanam pohon itu ratusan tahun silam.
Usia pohon itu bisa lihat dari ukurannya yang tinggi besar, dengan dahan yang menjuntai panjang di atas atap rumah warga.
Karena hanya berasal dari satu pohon, produksi durian Kamun terbatas. Tak sebanding dengan permintaan durian Kamun dari pelanggan membeludak.
Kesohoran durian Kamun ternyata bukan hanya memakmurkan pemiliknya, Mudakir yang mengaku sebagai generasi ke empat pewaris pohon Kamun.
Masyarakat yang tinggal di sekitar pohon Kamun berada, dukuh Bunderan, desa Bondolharjo Kecamatan Punggelan pun ikut mendapat berkah.
Bagaimana tidak, setiap musim panen durian tiba, dusun ini dikunjungi banyak orang luar desa yang ingin mencicipi lezatnya durian Kamun.
Tentu tidak setiap pengunjung kebagian durian Kamun yang jumlahnya terbatas. Kondisi inilah yang dimanfaatkan warga sekitar untuk menawarkan durian varian lain guna mengobati kekecewaan pengunjung.
Satu di antara warga yang berhasil memanfaatkan peluang itu adalah Juarto (46) warga Bunderan. Saat musim durian tiba, ia yang sehari-hari berprofesi sebagai sopir langsung banting setir menjadi pedagang durian.
Tak perlu pergi jauh ke kota untuk menjajakan durian, di rumah yang ia sulap menjadi lapak durian, para pembeli sudah berdatangan.
“Setiap musim durian, banyak orang berkunjung ke Bunderan ingin mencicipi rasa durian Kamun. Namun, tidak semua orang beruntung sekali datang langsung dapat menikmati durian Kamun ini” katanya.
Juarto pun mengakui keistimewaan durian Kamun asli. Durian itu dinilainya memiliki rasa khas, manis, namun ada pahitnya yang seolah masih tersisa di tenggorokan usai makan. Uniknya, kata dia, rasa khas durian Kamun asli ini tidak menurun pada pohon keturunanya,
baik yang tumbuh dari biji, stek, maupun okulasi.
Padahal, pohon Kamun asli hanya mampu memproduksi rata-rata 300 – 600 buah setiap panen yang membuat perserbarannya terbatas. Calon pembeli bahkan harus memesan jauh hari sebelum panen untuk mendapatkan durian spesial ini.
Tak ayal, mereka yang membeli dadakan siap-siap gigit jari karena durian yang tersisa terbatas
Saat stok durian Kamun kosong inilah, warga setempat manfaatkan peluang itu dengan menawarkan durian Kamun turunan atau durian lokal lainnya.
Alhasil, durian Kamun turunan yang dibudidayakan warga, meski tak bisa menyamai keunggulan indukannya, ikut terdongkrak penjualannya.
“Kondisi ini mendongkrak penjualan durian Kamun turunan dan durian lokal. Karena biasanya yang datang tetap ingin mencoba mengkosumsi durian Bunderan” katanya.
Anteng (25 th), penjual durian Bunderan lainnya pun sependapat. Ia ikut ketiban berkah dari hasil menjual durian Kamun turunan dan durian lokal lainnya.
Tetapi, untuk memuaskan pembeli lapaknya yang mengejar durian Kamun, dia pun berupaya menyediakan juga durian Kamun asli.
Meski dibanderol dengan harga cukup tinggi, peminatnya tetap saja ada. Pembeli dari Banjarnegara dan luar kota sering memesan langsung lewat telepon durian Kamun asli.
Harga durian Kamun asli saat ini berkisar Rp 150 – Rp 400 ribu per butir. Harga itu tentu cukup tinggi untuk level durian lokal pada umumnya.
"Harga ini bisa naik jika untuk memenuhi pesanan luar kota seperti Jakarta. Pengirimannya bisa dibawa lewat travel” katanya.
Sebagian pembeli yang datang ke dukuh Bunderan ternyata tak hanya ingin menjajal kelezatan durian Kamun. Meteka tak jarang ingin melihat langsung pohon yang konon berusia ratusan tahun itu.
Dia pun kerap mengantarkan pembeli yang ingin melihat langsung pohon Kamun yang kebetulan tidak jauh dari rumahnya.
Seperti halnya Agung (44) warga Blambangan Banjarnegara. Ia mengaku penasaran dengan cerita durian Kamun yang melegenda.
Meski tinggal di kecamatan tetangga, sekalipun ia belum pernah merasakan rasa durian Kamun asli. Setiap kali berniat membeli, ia tidak pernah berhasil mendapatkan durian Kamun dengan alasan habis.
Ia pun mengaku penasaran dengan pohon durian Kamun asli yang belum pernah dia jumpai. Saat kesempatan itu datang, dia bersama rombongannya sekantor berkunjung ke Bunderan untuk membeli durian Kamus asli sekaligus melihat langsung pohonnya. Ia pun berhasil memeluk pohon durian yang memiliki luas lingkar sekitar tiga depa orang dewasa itu.
“Jadi ingin tahu bagaimana sebenarnya rasa durian yang dicari-cari orang ini” katanya.
Pemilik pohon Kamun Mudakir mengaku kewalahan menerima pesanan durian Kamun. Jumlah permintaan yang mencapai ribuan tak sebanding dengan produktivitas durian Kamun yang hanya mencapai ratusan setiap panen. Saat musim cuaca ekstrem, produktifitas pohon tua itu bahkan turun drastis.
Ia pun mencoba menganakkan Kamun dengan metode cangkok dan okulasi.
Harapannya, durian Kamun bisa diproduksi dari banyak pohon untuk memenuhi permintaan yang terus mengalir.
Tak dinyana, pohon durian hasil pembibitan tersebut belum sesuai harapan. Buah durian dari bibit Kamun anakan memiliki rasa yang berbeda dengan pohon induknya.
"Bibitnya sudah ada yang berbuah, tapi rasanya beda. Sehingga pesanan durian Kamun tetap saya ambilkan dari pohon induknya," katanya. (*)