ASAL USUL

Asal Usul Nama Desa Ujungnegoro di Batang Jateng, dari Kalingga hingga Negeri Maghribi dan Majapahit

Penulis: dina indriani
Editor: abduh imanulhaq
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penanda Kabupaten Batang di Desa Ujungnegoro di pantai utara Jawa Tengah

Inilah asal usul nama Desa Ujungnegoro di Kabupaten Batang Jawa Tengah, dituturkan seorang budayawan dan pemerhati sejarah 

TRIBUNJATENG.COM,BATANG - Sebuah desa di Kabupaten Batang memiliki nama cukup menarik, yakni Ujungnegoro.

Desa ini terletak di Kecamatan Kandeman, di pesisir pantai utara Jawa Tengah atau Laut Jawa.

Tak heran bila mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai nelayan.

Pada 2015, sejak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di desa tersebut, banyak warga yang beralih menjadi pekerja proyek.

Warga setempat rata-rata tidak tahu makna atau bagaimana tercetusnya nama desa yang mereka tinggali.

Mereka hanya tahu Ujung dalam bahasa Jawa berarti ujung atau akhir sedangkan Negoro berarti negara.

Informasi mencerahkan disampaikan budayawan Supriyo Laksono yang juga pegiat Tosan Aji Batang.

Menurut pemerhati sejarah lokal ini, asal usul nama desa di Batang memang masih belum terdokumentasikan dalam bentuk tulisan.

Namun, dia bersama beberapa komunitas pegiat sejarah seperti Batangwe dan Batang Heritage terus berusaha mengulik data dan mendokumentasikan sejarah kabupaten ini.

Menurutnya, Batang memiliki banyak cerita sejarah menarik sedari peradaban Hindu-Budha hingga penyebaran agama Islam.

Satu di antaranya mengenai pengaruh Kerajaan Kalingga yang disebut-sebut berpusat di Jawa Tengah.

“Sayang memang sejarah yang cukup banyak di Batang ini belum terdokumentasikan dalam bentuk tulisan. 

Tapi saya dan teman-teman pegiat sejarah lain berupaya mencari data–data terkait.

Baik berupa catatan tulisan maupun penuturan lisan dari sesepuh,” ujarnya, Minggu (23/6/2019).

Uang Dikorupsi, Puluhan Nasabah Bank Salatiga Gelar Aksi Tuntut Pengembalian

KISAH Pilu Monika Perempuan Indonesia Dijual Rp 17 Juta untuk Menikahi Pria China : Saya Nyaris Gila

Bacakan Putusan, Hakim MK: Bukti Pemohon di Persidangan Kabur Tidak Jelas

Reskrim Polres Purworejo Kejar Nurkasan Hingga ke Kota Bandung, Ternyata Kasusnya Banyak

Mengenai asal usul Desa Ujungnegoro, pria yang akrab disapa Priyo ini antusias membahasnya.

Sewaktu kecil, dia pernah mendapat cerita dari sang ayah mengenai desa tersebut.

“Selain cerita lisan itu, yang lebih logis sebenarnya ada dalam catatan Tiongkok.

Yaitu mengenai Kerajaan Kalingga atau Ho-ling yang dipimpin Maharani Shima atau Ratu Shima.

Kalingga ini sebuah kerajaan yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad VI Masehi.

Meski letak pusat kerajaan tercatat belum jelas namun diperkirakan berada di suatu tempat pesisir utara antara Kabupaten Pekalongan-Kabupaten Jepara,” lanjutnya.

Dia melanjutkan, bukti Kerajaan Kalingga pernah berada atau berkuasa di wilayah Batang yakni ditemukannya Prasasti Sojomerto.

Prasasti ini berada di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang.

Dari catatan Tiongkok yang ia baca, penyebutan Ujungnegoro itulah tercetus pada saat Kerajaan Kalingga berkuasa.

“Penyebutan Ujungnegoro lantaran letaknya yang dipercaya saat itu sebagai Ujung Negara Kalingga. 

Sayang sampai sekarang belum tercatat pasti siapa yang pertama menyebut atau siapa yang mencetuskan nama Ujungnegoro itu.

Hanya memang penyebutan itu dimulai pada masa Kerajaan Kalingga,” terangnya.

Nama Ujungnegoro tetap dipakai hingga abad XIV namun dengan penafsiran lain.

“Penafsiran lain itu berawal dari mendaratnya rombongan dari Negeri Maghribi yang berlayar melalui Pantai Tuban dan Demak kemudian tiba di Pantai Ujungnegoro. 

Dinamakan Ujungnegoro sebab menjadi batas pantai Kerajaan Majapahit waktu itu,” imbuhnya.

Negeri Maghribi meliputi Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Mauritania, dan Sahara Barat di Afrika sekarang.

Selain memiliki pantai yang indah dihiasi pohon cemara, Desa Ujungnegoro juga memiliki wisata budaya dan religi.

Di desa ini terdapat makam Syeh Maulana Maghribi, tokoh penyebar agama Islam.

Pusaranya selalu ramai dikunjungi peziarah, terutama pada tanggal 15 Sapar (penanggalan Jawa) ketika digelar selamatan untuk Syekh Maulana Maghribi.

Sebenarnya masih ada kontroversi mengenai makam ini.

Sebagian kalangan menyebutnya hanyalah sebuah petilasan.

Mereka meyakini makam Syekh Maulana Maghribi berada di Wonobodro, Kecamatan Blado, juga di Kabupaten Batang.

Makam di Ujungnegoro ini juga memiliki mitos yang sampai sekarang masih disakralkan masyarakat sekitar.

Priyo menjelaskan, mitos tersebut adalah setiap orang yang bekerja di pemerintahan jika berkunjung atau lewat di makam akan menemukan nasib sial.

"Semisal dilengserkan, bermasalah, atau terkena kasus.

Sampai sekarang makam itu masih disakralkan oleh masyarakat sekitar,” paparnya.

Kepercayaan warga terhadap mitos tersebut masih belum luntur.

Kepada Priyo, beberapa warga menyebut mitos tersebut pernah menimpa beberapa pejabat pemerintah yang tetap memaksakan berkunjung.

“Ini mitos yang dipercaya masyarakat setempat.

Mau percaya atau tidak bergantung masing-masing.

Satu yang terpenting kita berserah dan tetap percaya kepada Tuhan,” tandasnya. (dina indriani)

Hotman Paris Tawarkan Loker Ngelap Ban Lamborghini, Gaji Rp 10 Juta per Bulan!

Ucapan Politisi PDIP Ahmad Basarah Bikin Fadli Zon dan Fahri Hamzah Mengangguk-angguk

Masih Ingat Manusia Kayu Asal Sragen? Begini Kondisi Bu Sulami Sekarang

SA Nekat Berhubungan Intim dengan Pacar saat Sang Bibi Tertidur, Tertangkap Basah di Tengah Malam

Berita Terkini