TRIBUNJATENG.COM - Masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Timur, pernah dihebohkan dengan lumpur dan gas keluar dari perut bumi.
Lumpur dan gas keluar dari perut bumi di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, pada 29 Mei 2006 lalu.
Meski sudah 13 tahun berselang, luapan lumpur dan gas dari perut bumi atau yang akrab disebut Lumpur Lapindo itu, masih belum berhenti.
Dalam kurun waktu tersebut, sekitar 40 ribu orang terpaksa harus pindah.
Sebab, luapan Lumpur Lampindo mengubur belasan desa di sekitarnya.
• Satu Taruna Akmil Tak Bisa Teruskan Dinas Militer, Ini Penyebabnya
• Fajar Muhammad Al Farouk Anak Pensiunan Mayor Raih Adhi Makayasa 2019 dari Akmil Magelang
• Dewi Okta Pusparini Taruni Terbaik Akmil 2019, Gadis Pati yang Mencintai Dunia Militer Sejak SMA
• Nama-nama Peraih Adhi Makayasa Akmil, Lulusan Terbaik Akademi Militer di Magelang
NASA membagikan foto-foto perubahan yang terjadi di sekitar lokasi Lumpur Lampindo dalam beberapa tahun terakhir.
Tahun 2005 sebelum terjadi bencana luapan lumpur panas Sidoarjo
Citra satelit memperlihatkan kawasan Sidoarjo pada 11 Maret 2005 atau sebelum terjadi luapan lumpur panas (Earth Observatory NASA)
3 September 2006
Citra satelit memperlihatkan kawasan Porong, Sidoarjo pada 3 September 2006 (Earth Observatory NASA)
Tahun 2007
Citra satelit memperlihatkan kawasan Porong, Sidoarjo pada 10 Februari 2007 (Earth Observatory NASA)
Beberapa kampung bahkan ada yang tenggelam oleh endapan lumpur setinggi 40 meter.
Setelah 13 tahun berlalu, bagaimanakah kondisi luapan lumpur panas sidoarjo sekarang?
Berikut ini merupakan penampakan kawasan bencana lumpur panas Sidoarjo difoto dari luar angkasa dari wahana Landsat 8.