TRIBUNJATENG.COM- Politisi Fahri Hamzah tampak kesal lantaran ucapannya disanggah oleh Aria Bima.
Hal tersebut terjadi saat di acara ILC yang diunggah akun Youtube Indonesia Lawyers Club pada Selasa (10/7/19).
Fahri mengatakan bahwa gerakan GARBI (Gerakan Arah Baru Indonesia) masih ormas dan akan dideklarasikan sebagai partai politik.
Hastag #RebutanKursi yang dibuat ILC merupakan sebagai kritik.
"Hastag yang dibuat ILC saya anggap sebagai kritik gitu, sebenarnya, itu diberi judul bukan untuk mempercepat diskusi, yaitu bagi-bagi kursi, sebenarnya saya agak ganjil, seperti orang habis berperang, ada harta rampasan perang dan kita sedang bagi-bagi, itu yang saya tangkap dan seperti rakyat rasakan," ujarnya.
Fahri Hamzah memberi saran kepada Presiden Jokowi untuk memikirkan persoalan bangsa.
Tak hanya itu, Fahri Hamzah juga meminta Presiden Jokowi untuk memikirkan warisan di era pemerintahannya.
"Saya ingin menyarankan ke Pak Jokowi, Pak Jokowi 5 tahun mendatang akan menjadi rakyat biasa seperti kita, dan sesungguhnya waktunya tidak terlalu banyak, lebih baik ia fokus dengan legacy (warisan) yang ia tinggalkan, untuk negara dan bangsa ke depan, lebih baik ia fokus memikirkan persoalan besar yang membuat bangsa ini lama menang dalam sanubari rakyatnya, " ujarnya.
"Sebab banyak pemimpin yang datang dan pergi, pergi begitu saja dan tidak dikenang, dan rakyat butuh waktu lama untuk mengingatnya karena tidak ada legacy yang ia tinggalkan. Sebaiknya dia fokus memikirkan legacy-nya," ujar Fahri Hamzah.
Fahri mengatakan bahwa seharusnya Presiden Jokowi memilih menteri sesuai legacy yang ingin dicapainya.
Fahri menginggatkan Presiden Jokowi untuk memikirkan persoalan bangsa dengan serius.
"Soal legacy saya kira ini waktunya presiden mengajak orang berpikir untuk sebuah tema yang serius," ujar Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah lantas menyinggung pernyataan politisi Nasdem, Johny G Plate yang mengaku bertemu dengan Presiden Jokowi.
"Tapi Bung Johny G Plate mengaku bertemu dengan Pak Jokowi dan membicarakan hal serius, akan lebih baik jika hal serius tersebut dibuka diketahui oleh publik, dan diketahui rencana pembangunan pemerintah yang akan datang baik APBN maupun APBD," ujar Fahri Hamzah.
Johny G Plate yang duduk di sebalah Fahri Hamzah tampak mengangguk-angguk.
Fahri Hamzah lantas menanggapi terkait pernyataan Jokowi yang mengaku bisa mengambil keputusan gila.
"Itu adalah kabar yang menggembirakan karena itu juga diperlukan," ujar Fahri Hamzah.
Sekali lagi-ia mau dikenang sebagai apa? karena banyak persoalan yang belum dimengerti
Fahri Hamzah lantas menyinggung soal slogan Indonesia poros maritim.
Fahri Hamzah lantas menyinggung soal rekonsiliasi demokrasi.
"Bangsa ini tidak pernah disatukan oleh jalan tol, tapi jembatan jalan pikiran, maka Bung Karno menyatukan bangsa ini dengan jalan pikiran untuk menyuarakan jalan pikirannya, membangun jalan pikiran itu penting bagi kita," ujarnya.
"Kalau presiden tidak bisa menarasikan ini, maka harus ada juru bicara yang bisa menarasikan, karena ini bangsa yang besar, tidak bisa diselesaikan dengan diam, orang bisa mengerti apa yang kita bicarakan" ujar Fahri Hamzah.
Oposisi merupakan suatu keharusan.
"Dengan segala hormat oposisi tidak menjadi kultur kita yang baik, paling tidak, tidak bisa dijadikan sebagai kultur
Menurutnya, oposisi merupakan watak kelahiran manusia sendiri.
"Tuhan Yang Maha Esa saja, supaya manusia punya penantang, punya musuh, diciptakan iblis, agar manusia semakin kuat, jadi di dunia, tuhan menciptakan opisisi biar semakin kuat," ujar Fahri Hamzah.
Lantas Aria Bima lantas menanyakan kepada Fahri Hamzah soal Mardani ALi Sera yang teguh memilih menjadi oposisi.
"Bukan berarti Pak Fahri menyebut Pak Mardani (Politisi PKS) sebagai iblis kan?" tanya Aria Bima.
Hal tersebut membuat narasumber yang hadir di ILC tertawa.
Namun, Fahri Hamzah tampak kesal dan menjawab tudingan Aria Bima.
"Kadang kita ngomong, oposisi, kita nggak kuat secara kultrual, kita nggak kuat dengar kata-kata yang beda.
Fahri Hamzah mengatakan bahwa DPR merupakan lembaga oposisi sehingga merupakan oposisi terhadap eksekutif.
Diketahui, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memastikan diri untuk menjadi oposisi pemerintahan Jokowi kedua kalinya di periode 2019-2024.
Wakil Sekretaris Jenderal PKS Mardani Ali Sera mengungkapkan, partainya sudah menyiapkan amunisi untuk mengritisi segala kebijakan Jokowi yang belum tuntas di 5 tahun terakhir.
“Amunisi utama niat membela rakyat di segala bidang, khususnya bidang ekonomi dan penagakan hukum,” kata Mardani sebagaimana dilansir Tribunjateng.com dari Wartakotalive.com, Selasa (2/7/2019).
Terdapat dua hal yang menjadi sorotan, pertama, kata Mardani, PKS akan mempertanyakan kondisi perekonomian Indonesia yang mandek selama lima tahun terakhir.
“Lima tahun mentok di 5 persen, mesti dikawal dan didorong serta dikritisi agar bisa 7 persen,” jelas pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua tim BPN Prabowo-Sandi itu.
Kata Mardani, PKS menuntut pemerintah untuk bisa membawa Ekonomi Indonesia ke angka pertumbuhan 7 persen di periode ke dua kali ini.
“Mesti dimudahkan investasi dalam dan luar negeri untuk membuka lapangan kerja dan mendefinisikan produk yang diekspor,” jelas Mardani.
Misalnya saja kata Mardani dalam produk-produk kemaritiman dan pertanian serta kebijakan manufaktur.
“Intinya pemerintah harus bergerak cepat mencapai pertumbuhan 7 persen,” ujarnya.
Kedua, soal KPK, Mardani menyoroti kelemahan KPK.
PKS mengritisi kasus Novel Baswedan yang mendek selama 2 tahun terakhir.
“Kasus Novel Baswedan yang belum selesai menunjukan komitmen yang kurang,” kata Mardani.
Mardani juga memastikan jika partainya kali ini akan menjadi oposisi yang konstruktif dan kritis untuk pemerintah.
"Kita akan menjadi oposisi kritis konstruktif," tandas Mardani. (*)
• 19 Tahun jadi Misteri Akhirnya Terkuak, Ini Foto Pernikahan Mayangsari dan Bambang Trihatmodjo
• Tukul Akhirnya Meninggal Dunia Setelah Dikeroyok di Wonosobo, Polisi Ringkus 7 Pelaku
• Dewi Okta Pusparini Taruni Terbaik Akmil 2019, Gadis Pati yang Mencintai Dunia Militer Sejak SMA
• Sanggah Fahri Hamzah, Aria Bima: Bukan Berarti Pak Mardani Ali Sera Iblis Kan?