TRIBUNJATENG COM, BANJARNEGARA - Kemajuan pariwisata di suatu daerah umumnya diikuti perkembangan berbagai sektor lain yang mendukungnya.
Namun di sisi lain, dampak negatif tak jarang turut mengiringi perkembangan pariwisata.
Bisnis prostitusi pun ikut bergeliat.
Lihat saja, sejumlah kawasan wisata andalan di berbagai daerah, terutama di wilayah berhawa sejuk atau pegunungan, terkenal dengan perkembangan industri esek-eseknya.
Dari yang terang-terangan berwujud lokalisasi hingga yang terselubung dengan bermacam kedok.
Tentu saja, tidak semua kawasan wisata identik dengan hal itu.
Siapa tidak mengenal kawasan wisata dataran tinggi Dieng.
Daerah berjuluk negeri atas awan ini menjadi satu di antara destinasi unggulan nasional.
Tiap tahun, ratusan ribu wisatawan dari berbagai daerah mengunjungi kawasan berhawa dingin ini untuk menikmati berbagai objek wisata yang menawan.
Pengunjung tertentu mungkin merasa ada yang kurang saat berkunjung ke tempat ini.
Tidak ada pemandangan gemerlap yang menyorot tubuh perempuan berpakaian mini.
Jangan harap bisa menemukan tempat hiburan malam semisal klub atau tempat karaoke di kawasan wisata utama, terutama di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur Banjarnegara.
Apalagi berburu tempat prostitusi berkedok panti pijat maupun lainnya.
Sekadar mencari bir saja susah.
Tidak berkembangnya dunia malam di Dieng bukan karena sepi permintaan.