TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Bertepatan dengan aksi demo yang dilakukan mahasiswa sejak Senin (23/9) hingga Selasa (24/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin turun 1,11 persen ke level 6.137,61.
Asing tercatat melakukan penjualan bersih di pasar reguler hampir Rp 1 triliun atau tepatnya Rp 993,94 miliar, sedangkan di seluruh pasar sebesar Rp 773,16 miliar.
Mengutip data RTI, semua sektor memerah. Sektor tambang turun paling dalam 1,99 persen, disusul sektor aneka industri turun 1,72 persen, sektor industri dasar turun 1,71 persen, dan sektor manufaktur turun 1,36 persen.
Selain itu, sektor keuangan juga turun 1,21 persen, sektor barang-barang konsumen turun 1,06 persen, sektor perkebunan turun 0,99 persen, sektor perdagangan turun 0,32 persen, dan sektor konstruksi turun tipis 0,04 persen.
Total volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 12,02 miliar saham. Sementara nilai perdagangan sebesar Rp 7,96 triliun, dengan frekuensi transaksi 446.834 kali.
Sebanyak 102 saham tercatat naik, dan 327 saham tercatat turun, serta 128 saham tidak berubah.
Tak hanya IHSG, rupiah pada Selasa (24/9) juga melemah 0,2 persen ke level Rp 14.114 per dollar AS.
Analis Jasa Capital Sekuritas, Chris Apriliony menilai, pelemahan IHSG dan rupiah itu berkaitan dengan aksi mahasiswa yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
"Karena jika kestabilan keamanan terganggu, investor akan berpikir untuk keluar," katanya, kepada Kontan.co.id, Selasa (24/9).
Asal tahu saja, IHSG tidak beranjak dari zona merah sejak Kamis pekan lalu (19/9). Saat itu, IHSG berada di level 6.244,47, atau telah melemah 0,51 persen dari hari sebelumnya.
Chris melihat pelemahan IHSG dan rupiah masih akan terus terjadi hingga kondisi dalam negeri kondusif.
Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menjelaskan, investor asing kabur karena khawatir dengan kondisi dalam negeri. “Hal ini terlihat beberapa waktu belakangan asing sudah mulai keluar dari pasar Indonesia karena tercatat net sell Rp 200 miliar-Rp 300 miliar dalam sehari,” jelasnya.
Masalah lain
Jadi sebenarnya sebelum unjuk rasa asing sudah mulai keluar dari pasar Indonesia. Selain karena kemarin ada masalah unjuk rasa, di sepanjang 2019 ini, menurut Teguh, banyak masalah yang terjadi dengan cerita yang berbeda, sehingga IHSG tertekan cukup dalam.
Misal saja pada Mei 2019 lalu ada masalah demonstrasi pilpres yang membuat IHSG terkoreksi sampai level 5.800. Tetapi, pada Juni-Juli IHSG mulai naik.