Tersebar Foto dengan Tommy Soeharto, Najwa Shihab Klarifikasi Isu yang Menyeret Suami dan Ayahnya

Penulis: Ardianti WS
Editor: abduh imanulhaq
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menpora Imam Nahrawi

TRIBUNJATENG.COM- Najwa Shihab mengklarifikasi soal tersebarnya foto dengan ketua Umum partai Berkarya, Tommy Soeharto.

Melalui akun Instagram @najwashihab pada Sabtu (28/9/19).

Dalam unggahan tersebut, Najwa Shihab mendapat tudingan yang beragam.

Foto Najwa Shihab dengan Tommy Soeharto, Lieus Sungkharisma dan Ichsanuddin Noorsy diedarkan dan dibentuk sebuah berita yang tidak benar.

Najwa Shihab diframing seolah menjadi antek orde baru.

Tak hanya itu, sang auah, Quraish Shihab dikaitk-kaitkan dengan antek orde baru lantaran pernah menjabat sebagai menteri agama.

Najwa juga bercerita bahwa sang suami, Ibrahim Assegaf dituduh memiliki kepentingan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Presenter Mata Najwa itu mengatakan bahwa fotonya bersama Tommy Soeharto di tahun 2017.

Saat itu ia tengah berusaha mewawancari Tommy Soeharto yang mendirikan partai bekarya dan dinyatakan lolos sebagai peserta pemilu.

Najwa Shihab menegaskan kehadirannya di sana bersama kru Narasi TV.

Ia lantas membeberkan bahwa ia tidak hanya mewawancarai Toommy Soeharto.

Ia juga bertemu dengan Priyo Budi Santoso sebagai Sekjen Partai Berkarya.

Chord Kunci Gitar Denny Caknan Sugeng Dalu

Chord Kunci Gitar Entah Apa yang Merasukimu Ilir 7 Lagu Tik Tok

Indro Warkop Sebut Ada yang Tunggangi Aksi Mahasiswa, Kelihatan Jelas Nggak Ada Rapi-rapinya

Viral Rumah Mewah di Tengah Sawah tapi Berfasilitas Bioskop, Ini Kisah Pemiliknya

Bahkan ia mengundang Haris Azhar, seorang pegiat HAM, untuk menguji klaim-klaim yang disodorkan Tommy.

Najwa Shihab geram dan menyebut bahwa tudingan tersebut sangat jahat.

Tak hanya itu, Najwa menyebut bahwa tudingan tersebut juga merupakan serangan kerja-kerja jurnalistik.

Najwa mengatakan jika ia terbuka dengan kritik namun ia marah jika keluarganya dikait-kaitkan.

Najwa lantas juga berharap agar semua bisa menerima perbedaan pendapat dan tidka melakukan pembunuhan karakter.

Berikut kalrifisi lengkap yang ditulis Najwa Shihab:

KLARIFIKASI ATAS DISINFORMASI FOTO PERTEMUAN NAJWA DAN TOMMY SOEHARTO

"Sikap editorial Narasi TV dan Mata Najwa terkait situasi terakhir politik Indonesia, terutama isu KPK dan demonstrasi mahasiswa, membuat saya, Najwa Shihab, didiskreditkan lewat berbagai disinformasi.

Foto lama saya dengan Tommy Soeharto, Lieus Sungkharisma dan Ichsanuddin Noorsy diedarkan kembali bersama capture-an sebuah berita berjudul “Kabar Mengagetkan, Najwa Shihab, Tommy Soeharto, Noorsy Dan Lieus Akhirnya Bersepakat Untuk….”

Saya diframing sebagai antek Orde Baru karena bertemu Tommy Soeharto dan karena ayah saya, Prof.
Quraish Shihab, pernah diangkat sebagai Menteri Agama di era Soeharto.

Tidak hanya itu, sikap editorial Narasi TV dan Mata Najwa terkait KPK juga di-framing sebagai bentuk konflik kepentingan saya dengan KPK karena suami saya, Ibrahim Assegaf, partner di lawfirm Assegaf Hamzah & Partners yang didirikan — salah satunya oleh — Chandra Hamzah, mantan komisioner KPK.

Foto yang beredar itu diambil pada 22 November 2017.

Saya datang bersama kru Narasi TV, termasuk CEO dan Pemimpin Redaksi Narasi TV saat itu yaitu Catharina Davy dan Olivia Rosalia.

Tujuan pertemuan: menjajaki sekaligus mengundang kehadiran Tommy di Catatan Najwa (saat itu saya sedang jeda dari televisi).

Tommy saat itu diundang dalam status sebagai pendiri Partai Berkarya yang baru saja lolos verifikasi KPU dan dinyatakan sebagai peserta Pemilu 2019.

Tommy menyatakan kesediaannya saat itu, namun perlu mencari jadwal yang tepat.

Tommy berkali-kali menunda jadwal yang sempat disepakati.

Tommy baru bisa diwawancarai di kediamannya pada 5 Juli 2018. Hasil wawancara itu tayang di Mata Najwa pada 11 Juli 2018 dengan tajuk “Siapa Rindu Soeharto”.

Tommy muncul dalam tiga segmen pertama. Dalam tiga segmen itu, saya menyoal sejumlah topik penting terkait rekam jejak Tommy dan kasus-kasus korupsi serta pelanggaran HAM yang dilakukan ayahandanya.

Segmen 1 dibuka dengan memperkenalkan Tommy sebagai “dalang pembunuhan Hakim Syaifuddin”.

Saya juga mencecar klaim Tommy soal masyarakat merindukan era Orde Baru di segmen ketiga.

Selain Tommy, hadir narasumber lain seperti Priyo Budi Santoso sebagai Sekjen Partai Berkarya.

Saya juga mengundang Haris Azhar, seorang pegiat HAM, untuk menguji klaim-klaim yang disodorkan Tommy maupun Priyo.

Disinformasi yang disebarkan adalah serangan personal yang jahat.

Tuduhan “antek Orde Baru” sama sekali tidak berdasar karena sikap saya jelas dalam menyangkut warisan-warisan Orde Baru.

Tidak terbilang produk-produk jurnalistik Mata Najwa yang berisi sikap kritis terhadap Orde Baru dan itu juga tercermin dalam episode “Siapa Rindu Soeharto?”

Saya sangat keberatan sikap personal saya sebagai jurnalis dikait-kaitkan dengan keluarga saya.

Selain personal, disinformasi ini juga merupakan serangan terhadap kerja-kerja jurnalistik.

Tidak terbilang cacian terhadap media yang memberitakan topik mengenai revisi UU KPK dan demonstrasi mahasiswa minggu lalu.

Saya, Mata Najwa dan Narasi TV tidak sendirian dalam hal ini.

Kritik kepada pers jelas diperbolehkan, bahkan penting, bagi demokrasi, juga bagi pers. Tidak ada pers yang sempurna.

Tetapi jika yang dilakukan adalah serangan personal, ad hominem, apalagi hingga membawa-bawa keluarga, persoalannya menjadi sangat berbeda.

Seseorang menulis serangan kepada saya sebagai kill the messenger.

Saya menghargai pendapat tersebut, kendati sejujurnya saya tidak berpikir sejauh itu karena toh saya masih bisa bekerja dan beraktifitas seperti biasa.

Saya menganggap hal ini sebagai sesuatu yang kontraproduktif bagi usaha merawat ruang publik yang sehat, yang menghargai perbedaan pendapat, yang tidak dicemari oleh doxing, disinformasi, dan pembunuhan karakter.

Hari-hari ini Indonesia memang sedang dilanda kompleksitas persoalan.

Hal itu hendaknya disikapi dengan memperbanyak dialog: antara para elit dengan warga, antara warga dengan warga, antara sesama kita.

Dalam episode Mata Najwa terakhir, bahkan saya membuka topik tentang perlunya pemerintah berdialog dengan para mahasiswa yang saat itu saya undang.
Bahwa pertemuan itu batal adalah persoalan lain.

Saat itu saya hanya membuka kemungkinan hadirnya percakapan yang setara karena saya percaya pers punya tanggungjawab merawat ruang publik sebagai arena yang terbuka bagi perdebatan, aneka pikiran, ragam kegelisahan, hingga kekecewaan." (*)

Bukannya Membangunkan Rekannya yang Tertidur Pulas di Alun-alun Purworejo, Budi Malah Curi 2 HP

Chord Kunci Gitar Lagu Pamer Bojo Versi Cendol Dawet karya Didi Kempot

Chord Kunci Gitar Man Ana Nisya Sabyan Lengkap dengan Artinya

 

Berita Terkini