Menurutnya, jika dilakukan berkelompok, maka percakapan-percakapan mereka melalui ponsel bisa dilacak.
"Masalahnya adalah pelakunya kelompok apa tunggal, ketika melakukan aksi terorisme, itu berbahaya, yang paling berbahaya pelaku tunggal karena ia melakukan sendiri dan tidak bisa teridentifikasi, berbeda dengan kelompok, mereka membangun percakapan dan itu bisa dipantau," ujarnya.
Stanislaus Riyanta menegaskan, bahwa aksi teror lebih berbahaya jika dilakukan satu keluarga.
"Dan yang paling berbahaya pelau teror adalah satu keluarga, itu sudah terjadi di Surabaya, di penusukan Pak Wiranto mereka keluarga, dan ini susah terdeteksi, karena mereka tidak melakukan percayakan via apapun, dan itu di keluarga, itu sangat berbahaya," ujarnya.
Stanislaus Riyanta mengatakan jika para pelau bom bunuh diri ini memanfaatkan momentum, terlebih seusai meninggalnya Abu Bakar Albaghdadi.
"Dia melihat momentum saja, ketika Pak Wiranto ada sosok pejabat datang dan dia melakukan aksi, sementara di kasus bom bunuh diri Medan, ia terlihat balas dendam dengan Abu Bakar Albaghdadi, sehingga melakukan gerakan amaliyah yakni melakukan aksi di tempat masing-masing," ujarnya.
• Anies Baswedan Tak Hadir di ILC, Djarot Kecewa: Padahal Saya Kangen
• Djarot Kritik Pembangunan Trotoar Jakarta di Era Anies Baswedan
• Viral Warga Kebumen Curhat Jalan Menuju Rumah Akan Dipagar, Pemilik Tanah Minta Sewa yang Fantastis
Diketahui, Pelaku peledakan bom Medan menyamar sebagai warga yang ingin mengurus SKCK.
SKCK adalah Surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) yang menjadi salah satu persyaratan pendaftaran CPNS 2019. Surat keterangan tersebut dapat dibuat di bagian Satuan Intelkam Polrestabes setempat.
Ledakan bom bunuh diri terjadi di halaman parkir Mako Polresta Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/11) sekitar pukul 08.40 WIB. Ledakan tersebut terjadi saat warga ramai-ramai datang ke markas polisi tersebut untuk membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) guna keperluan melamar kerja PNS.
Berikut Kronologi bom medan lengkapnya :
Rabu, 13 November 2019
1. Pukul 08.30 WIB
a. Pelaku ikut masuk bersama rombongan masyarakat yang hendak mengurus SKCK. Kondisi saat itu memang penuh pendaftar SKCK untuk keperluan melamar CPNS. Pelaku mengenakan jaket ojek online.
b. Petugas jaga sempat memeriksa pelaku bom bunuh diri. Namun tidak ditemukan apa-apa saat pemeriksaan, tasnya hanya berisi buku-buku. Ia juga sempat ditanya dan mengaku hendak mengurus SKCK.
c. Pelaku sebenarnya ingin masuk ke dalam kantor polisi, namun bom meledak saat ia melintas di area parkir Porlestabes Medan.