Walaupun sektor ekspor batik menuju ke arah positif.
Namun tidak berimbas pada nasib pekerjaan batik yang menjadi ujung tombak komoditi ekspor itu.
Pasalnya, kesejahteraan serta kelayakan upah belum dirasa oleh pekerja batik yang ada di Kota Pekalongan.
Data yang dirilis Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kota Pekalongan 2016 lalu, menyebutkan, terdapat 1.081 unit Industri Kecil Menengah (IKM) Batik di Kota Pekalongan.
Jumlah tersebut menyerap sekitar 12.937 tenaga kerja yang tersebar di empat sentra batik, yaitu Kampung Batik Pesindon, Kauman, Jenggot dan Pasir Sari.
"Kalau gaji masih jauh, tahun ini UMK Kota Pekalongan Rp 1,9 juta, sedangkan gaji kami jauh di bawahnya.
Tak jarang kami mendapatkan Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta perbulan.
Memang susah kalau jadi buruh batik," terang Muhammad Natsir satu di antara pekerja IKM Batik, Rabu (20/11/2019).
Selain gaji, jaminan sosial juga jarang didapat oleh pekerja batik terutama untuk buruh batik mingguan.
"Banyak yang tidak mendapatkan jaminan kesehatan atau sosial.
Harapan kami, batik semakain mendunia, pekerja semakin sejahtera," tambahnya. (bud)