Mengenal Lontong Cap Go Meh, Hidangan yang Banyak Diburu Pasca Imlek Ternyata Punya Sejarah Panjang

Penulis: Ruth Novita Lusiani
Editor: muh radlis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lontong Cap Go Meh, hidangan khas perayaan Cap Go Meh bagi etnis Tionghoa.

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Masih dalam suasana Tahun Baru Imlek dan jelang perayaan Cap Go Meh, tentunya banyak masyarakat yang melakukan perburuan makanan-makanan khas di momen tersebut.

Terlebih dalam perayaan Cap Go Meh atau lima belas hari setelah perayaan Tahun Baru Imlek, masyarakat Tionghoa merayakannya dengan makan-makan bersama bersama sanak keluarganya.

Satu diantara makanan khas yang hadir dalam perayaan tersebut ialah lontong Cap Go Meh.

Kisah Eros Mahasiswa Indonesia Pulang dari Wuhan China : Banyak Hoaks Soal Virus Corona

Isu Uang Jiwasraya Dipakai untuk Kampanye, Jokowi Perintahkan Mahfud MD Bongkar Semua

Penonton Bersorak saat Mahfud MD Bongkar Kinerja Prabowo: Saya Marahi Kalau Salah

Anak Nikita Mirzani Masuk TV, Bayarannya Mahal Seperti Sang Ibu

Hidangan khas ini dapat ditemui di Restaurant Semarang, yang sudah beroperasi sejak tahun 1991.

Restaurant yang menyajikan makanan tempo dulu ini berlokasi di Jalan Gajahmada No 125, Semarang.

Pemilik Restaurant Semarang, Jongkie Tio, mengatakan lontong Cap Go Meh memiliki kaitan yang erat antara budaya Tionghoa dan Jawa.

“Orang Tionghoa mulai datang ke nusantara tahun 400 dan hidup berdampingan dengan masyarakat setempat.

Kemudian karena mereka berbaur, terjadi akulturasi salah satunya ialah akulturasi kulinernya,” ungkap Jongkie kepada Tribun Jateng, Kamis, (30/1/2020).

Jongkie juga menceritakan awal mula terciptanya lontong Cap Go Meh ini karena etnis tionghoa ingin turut memberikan hantaran kepada masyarakat yang bukan etnis tionghoa dalam momen perayaan Cap Go Meh.

“Jadi kalau dalam etnis Jawa, disaat penutupan lebaran identik dengan bodo kupat, dimana dalam momen ini masyarakat etnis Jawa identik dengan membuat weh-wehan atau hantaran kepada masyarakat.

Kemudian etnis Tionghoa ini juga ingin memberikan hantaran juga saat momen Cap Go Meh, akhirnya mereka terinspirasi untuk membuat hantaran dengan isian yang sama pada saat mereka mendapat kupatan dari masyarakat etnis Jawa,” tambahnya.

Pembeda antara kupatan dan lontong Cap Go Meh berada pada bentuknya, dimana kupatan identik dengan bentuk segi empat, sedangkan lontong Cap Go Meh identik dengan bentuk lonjong.

Selain itu, pembeda lainnya ialah lontong Cap Go Meh memiliki isian yang khas, dimana belum dapat dikatakan lontong Cap Go Meh apabila belum memenuhi unsur tersebut.

“Unsur penting dalam lontong Cap Go Meh ini ialah adanya bubuk kedelai, docang (parutan kelapa dan kedelai yang dikukus), abing (olahan kelapa yang manis identik berwarna cokelat), apabila sudah ada ketiga unsur ini dapat dikatakan lontong Cap Go Meh.

Sedangkan isian lainnya rata-rata sama seperti isian di kupatan yaitu opor ayam, sambal goreng ati, sambal goreng tahu, sambal goreng buncis, sambal goreng rebung, lodeh, telur, kerupuk dan srundeng.

Hanya yang menjadi pembeda lontong Cap Go Meh di restaurant saya ini, varian isiannya lebih banyak dibandingkan yang lainnya,” ungkapnya.

Ditambahkannya Restaurant Indonesia ini memiliki 12 varian isian untuk lontong Cap Go Meh.

Jongkie menyebutkan penjualan lontong Cap Go Meh di restaurant miliknya tidak hanya berlaku saat momen-momen Tahun Baru Imlek atau Cap Go Meh saja, setiap harinya pun ia juga menyediakan lontong Cap Go Meh bagi pengunjung.

“Memang lontong Cap Go Meh ini banyak diburu masyarakat saat momen-momen Imlek ataupun jelang Cap Go Meh seperti ini.

Mereka kebanyakan mulai ramai-ramai membeli sejak perayaan Imlek kemarin, per hari bisa terjual sekitar 25 porsi lebih lontong Cap Go Meh.

Diperkirakan sampai momen Cap Go Meh nanti pembelian lontong Cap Go Meh akan tetap ramai,” imbuhnya. Untuk harga satu porsi lontong Cap Go Meh dipatok Rp 35 ribu.

Dalam momen jelang Cap Go Meh, Restaurant Indonesia juga menyediakan lontong Cap Go Meh dengan paket 1 ayam utuh, yang dapat dinikmati untuk 16 orang.

Kebanyakan para pemesan berasal dari Jakarta, Kudus dan sekitarnya, yang digunakan sebagai hantaran bagi sanak keluarga.

Selain itu, menu andalan pengunjung lainnya seperti nasi langgi, lumpia, dan holland croquette.

Jongkie juga mengatakan Restaurant Indonesia juga menyediakan wedang ronde, yang konon katanya merupakan minuman hantaran untuk persembahan dewa-dewa di seluruh kelenteng di dunia. (Ute)

Hari Gizi Nasional, Hendi : Ayo Kita Back To Nature

BBPBAP Jepara Targetkan Produksi 30 Ribu Benih Udang Indicus Lokal‎ Tahun 2020

Pasca Simulasi, RSUP dr Kariadi Semarang Siap Tangani Virus Corona

Mall Berkonsep Life Style Senilai Rp 400 Miliar Akan Dibangun di BSB City

Berita Terkini