TRIBUNJATENG.COM - Micin sering kali disebut sebagai biang kebodohan.
Benarkah Monosodium Glutamate ( MSG) atau yang kita kenal sebagai micin itu bisa memengaruhi daya pikir manusia?
Berikut ini penjelasan Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Prof. DR. Dr. Nurpudji A Taslim, MPH SpGK (K) mengenai hal tersebut.
• Sedih Lihat Monas Sekarang, Bang Yos Kenang Pindahkan Pohon di Semanggi
• Dokter Li Wenliang Meninggal Dunia, Dia yang Pertama Peringatkan Adanya Virus Corona
• Hasil Otopsi Lina Jubaedah Tak Terbukti Pembunuhan, Ini Kata Rizky Febian
• Berbagi Foto Selfie, Wanita Ini Tak Sadar Dirinya Tak Sendiri
Menurutnya, selama ini MSG selalu menjadi kambing hitam untuk semua hal negatif yang terjadi.
Seperti sakit, kanker, bahkan kebodohan.
“Itu sebabnya mulai dari situ lanjut-lanjut gitu terus sampai sekarang.
Jadi saya lihat sih memang kadang-kadang enggak fair ya,” ujar Nurpudji dalam jumpa pers ‘Penggunaan Bumbu Penyedap Rasa Tidak Membahayakan Kesehatan Jika Digunakan dengan Bijak’ Persembahan Sasa di kawasan Gunawarman, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Tuduhan-tuduhan itu baginya tidaklah beralasan.
Pasalnya sudah banyak penelitian yang dilakukan dan menunjukkan, bahwa MSG tidak berbahaya bagi tubuh, asalkan digunakan dalam takaran yang pas dan tidak berlebihan.
“Kalau memang bikin bodoh lihat orang Jepang, mereka enggak bodoh-bodoh ya kenyataannya.
Padahal mereka makan lebih banyak (MSG) dari kita, bahkan konsumsinya tiga kali lipat dari kita,” kata Nurpudji.
Nurpudji menambahkan bahwa selama ini stigma yang berlaku di masyarakat membuat MSG menjadi bahan makanan yang paling bersalah bila seseorang melakukan suatu kesalahan, karena kurangnya konsentrasi.
“Jadi secara sains-nya enggak ada.
Kayaknya hanya stigma,” ujarnya.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Albert Dinata, GM Marketing PT Sasa Inti, menambahkan, pihaknya sengaja membuat diskusi ini, agar persepsi yang kurang tepat yang selama ini berkembang dalam masyarakat dapat diluruskan kembali.