Demi kehendak pergi haji, Sumarjo (84) berjualan daun kelor setiap hari di Masjid Raya Baiturrahman Semarang
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Azan zuhur berkumandang merdu dari Masjid Raya Baiturrahman Semarang, Senin (17/2/2020).
Sumarjo (84) di depan masjid segera mengemasi dagangannya yang berupa ramuan herbal daun kelor (Moringa oleifera) kering.
Dia memasukkan obat alternatif itu ke dalam keranjang belanja warna hijau.
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun! Berteduh di Gubuk, Wasit Disambar Petir hingga Tewas di Jepara
• Alamat Tak Sesuai, Warga Belanda Ini Bingung Cari Keberadaan Orangtua Kandung di Indonesia
• Cerita Firasat Dea Putri Mayor TNI Bambang Saputra Asal Semarang Gugur Helikopter Jatuh di Papua
• Raul Lemos Diam-Diam Kirim Perwakilan ke Pengadilan Agama, Konsultasi soal Apa Suami Krisdayanti Ini
Menyeret langkah tertatih-tatih, Mbah Marjo dengan punggungnya yang bungkuk melangkahkan kaki menuju rumah Tuhan.
Siang itu terik, matahari melotot ke arah bumi, sinarnya menyengat hingga ke pori-pori.
Namun, Mbah Marjo tetap bergerak pelan memenuhi panggilan ibadah.
Sesekali suara batuk mengiringi langkahnya.
Orang-orang di sebelahnya bergegas melangkah, meninggalkan jauh Sumarjo.
Mengenakan baju koko biru muda, celana kain hitam, dan berpeci hitam, pria ini pelan naik ke lantai 2 masjid.
Dia melepas sandal karet lusuh warna hitam di depan tulisan batas suci.
Sebanyak 23 anak tangga di sisi utara masjid harus Sumarjo naiki untuk menunaikan kewajiban.
Tak sedikit pun rasa lelah tampak dari wajah kakek 21 cucu ini.
Selepas solat, dia harus segera turun.
Tujuannya menggelar lagi lapak dagangan karena biasanya akan ramai setelah jamaah menunaikan sholat.