Begitu tombol ditekan, tangan robot tersebut bergerak sambil mengucurkan adukan telur dadar ke cetakan wajan yang telah dipanaskan.
Tak berapa lama, telur dadar pada cetakan itu sudah panas kemudian dibalik biar nggak gosong.
Begitu sudah masak, Bu Praptining mengambil telur dadar mini dalam cetakan itu untuk disajikan kepada pembeli.
Sejak ada robot ini, penjualan Bu Praptining meningkat drastis. Anak-anak SD dan SMP senang dengan telur dadar mini cetakan Bu Praptining.
Mereka anak-anak bukan saja membeli untuk menikmati telur dadar melainkan senang menyaksikan proses pembuatannya yang menggunakan robot mini, warna merah itu.
Mereka penasaran dan ingin melihat langsung proses pembuatan telur dadar menggunakan robot. Bahkan sebagian siswa (pembeli) ingin mencoba mencet sendiri supaya robot bergerak mengucurkan cairan telur adukan.
"Itu keren banget robotnya bisa kayak gitu," ujar Farzah siswa SMP yang suka beli telur dadar.
Agung menamai robot ini sebagai Egg Filling Robot. Tujuan semula, supaya robot ini bisa membuat telur dadar mini, mengurangi beban kerja sang bunda.
Karena ibunya, sering kecipratan minyak goreng panas saat bikin telur dadar mini.
Robot ini menggunakan daya dua baterai 4,2 volt. Mampu bertahan untuk jualan selama dua minggu dan bisa diisi ulang.
Komponen casingnya juga berasal dari akrilik, sementara motor penggerak lengan robot pakai motor servo.
Sebagai tambahan, ia menggunakan pompa, selang dan mikro kontroler agar pergerakan robot mudah diatur.
Dulu Bu Praptining jualan sehari mengantongi omzet Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu. Sejak ada robot buatan anaknya, bisa mengantongi Rp 60 ribu - Rp 70 ribu per hari.
"Sekarang kerja lebih cepat dan tak perlu lagi melihat dekat ke wajan cetakan. Karena ada alat itu, kerja saya jadi praktis. Tunggu sebentar sudah matang," terang Praptining tampak gembira. (kompas/tribunjogja)