Human Interest Story

Kisah Musoffan Tukang Potong Rambut Sinar Madura Langganan Wali Kota , 40 Tahun Tetap Eksis

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tukar Cukur Musoffan

TRIBUNJATENG.COM --  Musoffan (61) terlihat sibuk mencukur rambut seorang pelanggan yang datang ke kios Pangkas Rambut Sinar Madura miliknya, Senin (9/3) pagi lalu.

Meski usianya tidak lagi muda, namun kemampuannya dalam memotong rambut masih cekatan dan hasilnya patut diacungi jempol. 

Potong rambut Sinar Madura sejak tahun 1980, berada di Komplek Terminal Tamansari, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Bisa dikata, potong rambut Sinar Madura menjadi salah satu pangkas rambut tertua di Kota Salatiga.

Musoffan (61) atau lebih dikenal dengan nama Pak Tofan telah menekuni profesi sebagai tukang potong rambut sejak tahun 1975.

Pelanggannya pun bukan masyarakat biasa, Mantan Wali Kota Salatiga Soewarso (1996-2001) dan Totok Mintarto (2001-2007) adalah sebagian nama yang pernah merasakan keluwesan tangannya dalam memangkas rambut.

Pak Tofan mengatakan, kemampuannya dalam mencukur rambut didapat dari turun temurun. Sebelum membuka kios pangkas rambut di Terminal Tamansari Salatiga sekitar tahun 1980, dia pernah bekerja sebagai tukang cukur di Kota Semarang.

Jadwal Bioskop Kota Semarang Kamis 12 Maret Film Mariposa Mulai Tayang Hari Ini

Buruh Minta DPRD Jateng Ikut Menolak Omnibus Law

Formula E Ditunda Ngegas di Jakarta : Inilah Penjelasan Anies Baswedan

Berita Lengkap: Satu Pasien Corona Meninggal, Sementara Dua lainnya Sembuh

"Saya dulu awalnya ikut orang Madura buka jasa potong rambut di daerah Gajah Raya Semarang sampai tahun 1979. Kemudian tahun 1980 baru membuka lapak sendiri di Salatiga," terangnya.

Menurutnya, orang asli Madura itu, dalam menjalankan bisnis sebagai tukang potong rambut tidak ada rahasia khusus. Untuk menjaga eksistensi sampai sekarang dia berusaha selalu ramah melayani pelanggan dan menganggap mereka yang datang selayaknya saudara sendiri.

Dia bercerita, dalam proses mencukur rambut baik itu pejabat maupun orang biasa juga diberikan perlakuan sama. Salah satu kunci jasa potong rambut miliknya bertahan hingga saat ini ialah mencoba menghafal model potongan para pelanggan.

"Tidak ada rahasia khusus, cara potong rambut di sini tidak berbeda dengan tempat potong Madura lainnya. Tapi saya mencoba mengenal pelanggan dan menghafal gaya potongan yang diinginkan," katanya

Ia menambahkan, awal mula membuka jasa potong rambut dia mematok tarif per kepala sebesar 500 rupiah. Kemudian seiring berjalannya waktu harga dinaikkan menjadi Rp 15 ribu sekali cukur.

Dikatakannya, sebelum membuka ruko di Taman Sari, dahulunya dia biasa beroperasi di areal Pasar Raya I Salatiga. Kala itu, pelanggannya juga banyak datang dari kalangan anggota TNI dan Polri yang berdinas di Kota Hati Beriman.

"Kebetulan saya ini 9 bersaudara, tujuh di antaranya sekarang masih aktif menjadi tukang cukur. Ada yang membuka usaha di Ungaran, dan sisanya di Semarang," ujarnya

Di tengah gempuran babershop modern pihaknya mengaku tidak khawatir usaha yang ditekuninya selama 45 tahun itu akan tergilas zaman. Tak segan, dia pun berusaha mengikuti model dan belajar gaya potongan rambut kekinian.

Meski demikian, Pak Tofan tidak menampik pelanggannya berkurang. Dahulu dia sejak buka pukul 09.00-20.00 bisa melayani puluhan orang setiap harinya. Sekarang maksimum 15 orang itu pun mayoritas pelanggan lama.

Halaman
12

Berita Terkini