Wabah Virus Corona

Pengabdian Dokter Handoko di Usia 80 Tahun Tak Kenal Lelah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Usia 80 Tahun, dr Handoko Gunawan Tumbang Setelah Ikut Berjuang Rawat Pasien Corona

TRIBUNJATENG.COM -- dr Handoko Gunawan Dokter spesialis penyakit paru RS Graha Kedoya terbaring di ruang ICU karena demam tinggi dan sesak nafas.

Ia sempat menangani dua pasien positif virus corona. Dia berpesan tenaga medis jangan takut dan harus hati-hati karena corona virus yang ganas.

Usia hampir 80 tahun. Namun semangat Dokter Handoko Gunawan dalam membantu penanganan pasien Covid-19 tak pernah padam.

Bahkan, saat dirinya masih dirawat di RSUP Persahabatan, dia masih memberikan semangat kepada tenaga medis yang berada di garis terdepan menangani pasien Covid-19.

"Saya belum kuat diwawancara," kata Dokter Handoko Gunawan mengawali perbincangan dengan Tribun Network, Senin (23/3).

Ia meminta agar wawancara dilakukan lewat teks, karena tak bisa berbicara banyak.

Rupiah Hari Ini: Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS Dibuka pada Rp 16.500

Inilah Penjelasan Manajemen Lion Air tentang Pilotnya yang Meninggal Dunia telah Dimakamkan

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun! Warga kemangkon Purbalingga Tewas Terjatuh dari Pohon Kelapa

Video Viral: Pengerebekan Suami Jual Istri dengan Layanan Foursome di Hotel Beredar

Dalam perbincangan bersama Tribun Network, Dokter Handoko Gunawan ingin menyampaikan pesan kepada seluruh tenaga medis di Indonesia untuk tidak takut.

Namun tidak mengabaikan keselamatan serta kesehatan saat bertugas."Tenaga medis jangan takut," ujar Dokter Handoko Gunawan.

Dokter Handoko Gunawan berpesan kepada tenaga medis untuk berhati-hati. Sebab virus corona Covid-19 ini bisa menyebar di udara.

"Tapi hati-hati sekali virus ini sangat lihai menyebar di udara 8 jam, kecil sekali, 120 nanometer," kata Dokter Handoko Gunawan.

Karena itu penting bagi tenaga medis dilengkapi oleh Alat Pelindung Diri (APD). "Lengkapi diri baik. Gizi bagus tetapi gaji tenaga medis mana bisa gizi baik. Jangan lupa tawakal kepada Tuhan," pintanya.

Menurutnya, tenaga medis yang berhadapan langsung dalam penanganan Covid-19 memiliki hak dilengkapi peralatan lengkap."Siapkan peralatan. Itu hak kita biar tidak mati sia-sia. Perbaiki gizi," kata dia.

Ia berharap pemerintah juga berpesan untuk melakukan contact tracing. Dalam penanganan penyebaran wabah covid-19, contact tracing adalah upaya pemerintah menemukan orang-orang yang pernah kontak, terutama close contact, dengan seorang yang terinfeksi virus corona (Covid-19).

Ditrack, kata dokter Handoko, mereka yang ada kemungkinan ada kontak dengan orang yang mengalami positif.

Dan tidak pelit dalam pemeriksaan swab. Tes swab adalah uji usap nasofaring.

Mengumpulkan cairan atau sampel dari bagian belakang hidung dan tenggorokan atau dahak, kemudian diperiksa kumannya di laboratorium. Tak hanya untuk virus corona, uji swab juga biasa digukanan untuk diagnosis infeksi virus lainnya.

"Perbanyak kontak tracing. Jangan pelit periksa swab. Perbanyak test swab tak ada gejala minta swab. Lakukan treatment optimal biar belum ada obat khusus oseltamivir dipakai tak bisa dibeli dimana-mana," imbuh Dokter Handoko Gunawan.

"Virus ini ganas terbang di udara. Jarak 1 meter tak jamin. So stay at home. Bila panas berobat, bila baru PDP (Pasien Dalam Pengawasan) dengan istirahat Insha Allah bisa sembuh.

At least tak membantu virus di badan Anda mendapat korban baru. Putus rantai penularan," Dokter Handoko Gunawan mengingatkan.

Semangatnya luar biasa. Meski sedang terbaring di ruang ICU karena demam tinggi dan sesak nafas Dr. Handoko terus menyuarakan perang melawan coronavirus.

Dia sempat menangani dua pasien positif corona yang diterima RS Graha Kedoya pada Selasa (17/3) dan Rabu (18/3).

Dokter Handoko adalah salah seorang spesialis paru dan berpengalaman selama 39 tahun. Sarjana Kedokteran lulusan Universitas Indonesia, 1963. Kemudian, lulus di Kedokteran Umum, UI pada 1965.

Di perguruan tinggi yang sama, ia menempuh pendidikan Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru).

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona Achmad Yurianto mengungkap dokter Handoko pribadi yang baik hati dan memang dikenal suka menolong orang. Dokter Handoko, katanya, tidak bisa melihat orang sakit.

"Jadi kalau dia bekerja, membantu pasien itu sudah menjadi panggilan nuraninya sebagai dokter. Dia itu tidak bisa untuk tidak bekerja di bidang kesehatan, karena dedikasinya yang luar biasa terhadap dunia kesehatan," kata Yuri.

Dokter Handoko juga bergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Dia menyebut, virus corona berukuran 120 Nanometer (NM). NM setara dengan sepermiliar meter atau sangat kecil. Dengan ukuran yang sangat kecil, pandemi virus corona sangat lihai menyebar di udara selama 8 jam.

"Tenaga medis jangan takut, tapi hati-hati sekali karena virus ini sangat lihai menyebar di udara 8 jam.

Ukurannya kecil sekali, 120 NM," katanya.

Virus ini bisa terbang di udara dengan jarak 1 meter. Sehingga tidak ada jaminan bagi masyarakat untuk bisa menghindari penyebaran virus ini.

Ia pun turut menegaskan agar masyarakat tetap berada di rumah demi kebaikan diri sendiri karena virus ini sangat berbahaya. (tribun network/genik/denis)

Berita Terkini