Oleh H Iman Fadhilah, M.SI
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Tengah
SYUKUR Alhamdulillah pada tahun ini kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan ibadah puasa, meskipun dalam kondisi wabah corona. Adanya wabah ini, tentu di luar dugaan kita, tidak menyangka, dalam waktu singkat, aktivitas berubah total, siswa belajar di rumah, kampus juga diliburkan, kantor juga sebagian besar libur, tempat wisata ditutup, tempat belanja juga dibatasi, bahkan, ibadah pun dibatasi.
Bagi sebagian orang tentu ini mengagetkan, biasanya beraktifitas ke luar, mengadakan acara, workshop, seminar dan lain-lain, bahkan, dalam hal ibadah, pengajian yang mengumpulan banyak orang atau kerumunan ditiadakan, ngaji posonan juga diadakan secara online, santri diliburkan, sehingga tidak sedikit ustadz, Kyai yang mengaji biasanya berhadapan dengan ratusan atau ribuan jamaah dan santri, sekarang hanya berhadapan dengan beberapa orang saja, yang menyiapkan teknis kamera dan lain-lain, karena ngajinya online.
Perubahan kegiatan, pola sosial dan keberagamaan ini tentu, harus disikapi dengan dewasa dan lapang dada, dengan tiada henti-hentinya berucap syukur kepada Allah SWT.
Memang, kadang membuat bingung, biasanya shalat jum’at ke Mesjid, kemudian tidak Jum’atan, diganti shalat dhuhur di rumah, biasanya Tarowih di Mesjid atau Mushola, sekarang dianjurkan untuk di Rumah, biasanya shalat Rowatib ke Mesjid atau Mushola, sekarang di Rumah.
Pada titik ini, dibutuhkan kesabaran dalam hati dan bertindak, tentu itu tidak mudah, tetapi sebagai seorang yang beriman tentu kita harus minta pertolongan kepada Allah SWT, sembari ikhtiar secara lahir.
Sabar memang mudah diucapkan, sulit dipraktikkan. Ulama banyak menyebut soal sabar dalam kajian kitab dan tausiahnya.
Dalam kitab Nashoihul Ibad, dijelaskan, sebagai muslim setidaknya kita harus sabar dalam 4 hal, pertama, as shobru ‘alal musibah, sabar dalam menghadapi Musibah.
Musibah bisa datang kapanpun, darimanapun. Ada seseorang baru selesai membangun rumah seharga Rp 1 miliar, seminggu kemudian rumahnya ludes terbakar api karena korsleting listrik, seseorang baru saja membeli mobil, dua hari kemudian mobilnya masuk jurang, karena kecelakaan, seseorang baru saja menyelesaikan studi s1, baru akan diwisuda, dikabarkan meninggal dunia, dan mungkin banyak lagi kasus-peristiwa lain, yang terkait dengan musibah.
Dalam hal ini tentu, kita harus sabar dan tawakkal, karena setiap yang kita miliki pada dasarnya adalah titipan Yang Maha Kuasa, begitupun setiap yang hidup pasti akan menemui kematian, kullu nafsin dzaiqotul maut.
Kedua,as shobru ‘alal masyaqqoh, sabar dalam menghadapi kesulitan. Ini juga sangat penting bagi kita, khususnya dalam situasi sekarang, menghadapi pandemik wabah korona.
Hal yang biasanya mudah menjadi sulit, bagi sebagian orang, yang punya usaha dagang, tentu pendapatan menurun, karena pembeli atau konsumen tidak bisa leluasa untuk berbelanja, mal juga banyak yang tutup, tentu ini juga berakibat bagi karyawan yang libur, begitupun beberapa pabrik dan perusahaan yang merumahkan karyawannya, bahkan mem –PHK-mereka. Maka, timbul kesualitan baru dari sisi pemenuhan ekonomi.
Sebagai seorang muslim, kita harus kuat menghadapi situasi yang seperti ini. Dalam Alquran surat al Baqoroh ayat 155 dijelaskan, "Dan Kami Pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah, kabar gembira bagi orang-orang yang sabar". Ayat ini memberi kekuatan kepada kita, agar kita sabar dan tawakkal, karena hal tersebut bagian dari benteng pertahanan dalam menghadapai situasi seperti ini.
Ketiga, as Shobru alat’thoat, Sabar dalam menghadapi ketaatan. Tentu ini sangat penting bagi kita semua, memang ada sebagian kecil masyarakat, dalam situasi seperti ini berbeda pandangan, yang satu melihat aspek medis, anjuran pemerintah, misal, melaksanakan shalat tarawih di Mesjid, sementara ada yang berpendapat, “kok mau ibadah saja dipersulit”, pada posisi ini, tentu kita berlapang dada, bagaimana suatu hal diserahkan kepada yang punya kewenangan, otoritas, yang punya ilmunya. misalnya soal virus korona, maka secara ilmiah dan medis, menjelaskan demikian.