Berita Semarang

Pernah Dengar Pepatah Banyak Jalan Menuju Roma? Begini Sejarahnya

Penulis: Muhammad Sholekan
Editor: muh radlis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan Unika Soegijapranata, Dr Retno Susilorini ketika menyampaikan Makna Pentingnya Jalan dalam Seminar Online yang diselenggarakan The Java Institute (TJI), Kamis (4/6/2020)

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dalam masyarakat Indonesia dikenal ada pepatah atau peribahasa Banyak Jalan Menuju Roma.

Pepatah tersebut muncul kali pertama dalam bahasa Latin yakni mīlle viae dūcunt hominēs per saecula Rōmam yang artinya adalah seribu jalan membimbing orang selamanya ke Roma.

Pepatah itu tidak muncul tiba-tiba.

Seolah Tak Pernah Takut Siapapun, Nyali Nikita Mirzani Pernah Ciut Setelah Dilaporkan Sosok Ini

Mantan Kapolrestabes Semarang Brigjend Pol Abioso Kini Resmi Menjabat Wakapolda Jateng

Dalam 2 Hari 15 Orang Positif Corona di Solo Raya, Wonogiri Jebol, Sukoharjo 3 Besar Jateng

Innalillahi Wa Innailahi Rojiun, Satpam Cantik yang Hilang Ditemukan Mengapung di Bengawan Solo

Ketua Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan Unika Soegijapranata, Dr Retno Susilorini menyampaikan, pepatah itu muncul karena adanya ekspansi yang dilakukan oleh Imperium Romawi pada 312 Sebelum Masehi (MS) untuk menaklukan wilayah jajahannya.

"Kalau kita baca sejarah tentang pentingnya jalan yang dibuat oleh manusia, pepatah Banyak Jalan Menuju Roma itu ada karena Romawi sadar betul wilayah taklukannya diharuskan untuk menyetor semacam upeti kepadanya.

Maka, dia membangun jalan dari berbagai wilayah taklukannya menuju ke Romawi.

Jadi, salah satu sejarah adanya jalan di Eropa bermula masa Romawi," ucapnya dalam Seminar Online yang diselenggarakan The Java Institute (TJI), Kamis (4/6/2020).

Dalam makalah yang dia sampaikan, mengutip pendapat Jacobson (1940), Dr Retno Susilorini menyampaikan, pertumbuhan jalan kuno dan modern dimulai sejak masa Mesir Kuno.

"Sejak masa peradaban Mesir Kuno pada tahun 3000-4000 SM pembangunan jalan sudah dimulai.

Jangan dibayangkan jalan yang dibangun seperti jalan sekarang, beraspal dan bisa dilewati mobil.

Waktu itu jalan yang dibangun ya hanya jalan setapak dan berbatu," ungkapnya.

Sejarah mencatat, tuturnya, Peradaban Babilonia dan Asiria membangun jalan pada tahun 3000-3800 SM, China pada tahun 2582-2704 SM serta Jalan Suteranya pada Abad ke-17 dan 18.

"Jalan itu bukan hanya soal aspek infrastruktur dan hasil karya orang teknik sipil.

Jalan, seiring perkembangan zaman dapat dimaksudkan sebagai karya desain, kebudayaan, dan desain peradaban," tuturnya.

Dia menuturkan, sejarah perkembangan Kerajaan Mataram Islam, Jalan Pantura, dan Masa Kolonial Belanda tidak bisa dilepaskan dari riwayat Jalan Daendels.

Halaman
12

Berita Terkini