Masker dengan model seperti ini memudahkan teman tuli dalam berkomunikasi.
Akan tetapi, Widi menyadari, tak semua orang nyaman mengenakannya.
"Sebenarnya enggak perlu semuanya pakai masker transparan, karena pada beberapa orang tidak nyaman," kata Widi.
Ia berharap, mereka yang bertemu dengan teman tuli bisa memudahkannya dengan berkomunikasi melalui tulisan atau sejenak melepas maskernya.
Widi mengatakan, banyak tempat publik yang masih minim dengan informasi visual yang ramah teman tuli.
"Seringkali informasi visual rusak dan terabaikan, seperti display nomor antrean di beberapa instansi," kata Widi.
Ia juga mengaku sering mendapatkan perlakuan kurang mengenakkan.
"Mungkin mereka capek, saya minta menulis atau lepas masker marah-marah," ujar dia.
Widi berharap, pertimbangan akan kebutuhan difabel diperhatikan dalam segala hal.
"Harapan saya, pemerintah/instansi melibatkan tuli atau pemerhati difabel untuk merancang pembangunan, sehingga fasilitas yang ada bisa mengakomodasi kebutuhan difabel," kata Widi.
Mengenai isu viral melalui sosial media tersebut, Direktur Layanan dan Jaringan BNI, Adi Sulistyowati atau yang akrab disapa Susi mengatakan pihaknya yang pasti selalu berupaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi semua nasabah.
“Tanpa membeda-bedakan status maupun kondisi spesifik setiap orang. Kami turut bangga dan bahagia atas kepuasan Ibu Widi Utami terhadap pelayanan yang diberikan oleh Bapak Kurniawan di Kantor BNI Cabang Jati Raya, Banyumanik,” kata dia, Jumat, 5 Juni 2020 lalu.
Dia berharap pelayanan BNI tidak hanya memuaskan, akan tetapi memberikan nilai lebih bagi para nasabahnya.
Terkait dengan pelayanan yang diberikan Kurniawan, dia mengatakan sangat patut diberikan apresiasi. “Karena yang dilakukannya telah memenuhi standar profesionalitas dan sikap berorientasi pada pelanggan yang dilakukan oleh seorang petugas satuan pengamanan di BNI,” lanjut dia.(Ruth/Tribunjateng.com/Kompas.com*)