TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dinas Perikanan Kota Semarang mendorong warga melakukan budidaya ikan lele dalam ember.
Hal ini guna memenuhi gizi keluarga, terlebih di tengah pandemi Covid-19.
Budidaya ikan lele ini dinilai lebih mudah dibanding ikan lainnya.
• Viral Saat Polisi Evakuasi Ayla Kecelakaan di Jurang, Ditemukan Mayat Wanita di Dalam Datsun Silver
• Warga Mulai Padati Pusat Kegiatan di Kota Semarang
• Profil AT Mahmud Penggubah Lagu Balonku Ada Lima, Ciptakan Puluhan Lagu untuk Anak-anak Indonesia
• Profil Dita Karang Member Girlband Korea Secret Number Asal Jogja
Kepala Dinas Perikanan Kota Semarang, Nurkholis mengatakan, guna mendukung masyarakat untuk budidaya ikan lele dalam ember, pihaknya memberikan bibit ikan lele di sejumlah kelurahan.
"Setiap minggu ada permohonan bantuan untuk bibit.
Ini menujukan animo masyarakat sudah mulai tumbuh.
Kalau disini ada 2.500 bibit lele," kata Nurkholis usai memberikan bantuan bibit ikan lele di Taman Lansia Dahlia, Pedhalangan, Banyumanik, Minggu (14/6/2020).
Menurutnya, budidaya ikan lele dalam ember merupakan budidaya dalam skala kecil.
Hal itu bisa dikembangkan dengan menambah tanaman hidroponik.
Dengan demikian, selain memenuhui kebutuhan ikan juga bisa memenuhi kebutuhan sayuran untuk ketahanan pangan keluarga.
"Bisa dikembangkan lagi dengan hidroponik.
Jadi bawahnya ikan, atasnya tanaman sayuran," ucapnya.
Meskipun tidak memiliki lahan yang luas untuk budidaya ikan, dia yakin dengan sistem ini warga bisa melakukan dan memenuhi kebutuhan ikan untuk keluarga masing-masing.
Terlebih di tengah pandemi Covid-19, budidaya ikan lele dalam ember bisa menjadi kesibukan saat berada di rumah saja.
"Jadi tidak usah pesimis meskipun lahan sempit bisa mengembangkan.
Di lain sisi, kalau kita memberi makan ikan itu mengasyikan.
Jadi, secara psikologis bisa menghilangkan stress," tambahnya.
Konsep perikanan di perkotaan, lanjut dia, juga nantinya bisa dikembangkan lagi tak hanya budidaya dalam ember.
Budidaya ikan lele bisa dikembangkan dengan teknologi bioflok.
Teknologi ini hemat lahan dan air sehingga cocok dikembangkan didaerah perkotaan atau hunian padat penduduk.
"Semisal dengan terpal, dikelola secara alami.
Namun, biasanya persoalannya menimbulkan bau, tapi dengan teknologi bioflok ini bisa diatasi," sambungnya.
Dia menyebutkan, sudah ada beberapa kelurahan yang mengembangkan sistem ini.
Diharapkan, hal ini bisa membantu memenuhi kebutuhan ikan di Kota Semarang.
Saat ini, lanjutnya, kebutuhan ikan di Kota Semarang hampir 17,5 ton.
Dari budidaya air tawar ataupun air payau, baru 40 persen atau sekira 6,5 ton.
Budidaya dengan teknologi bioflok ini pun bisa menjadi peluang untuk memenuhi kebutuhan ikan bagi masyarakat. (eyf)
• Masih Banyak Warga dan Pelancong di Bandungan Semarang yang Acuh Tak Pakai Masker
• Sosok Lettu Vira Yudha Korban Heli Jatuh di Kendal Dikenal Mengayomi Keluarga
• Lettu Vira Yudha Korban Heli Jatuh di Kendal Tinggalkan Putra yang Masih Berusia 2 Tahun
• Dispertan Kota Semarang Kembangkan 22 Urban Farming pada Tahun Ini