Mereka pun mencoba untuk tetap bisa terhubung dengan pekerjaan mereka dengan bantuan akses wifi.
Setibanya di resor, mereka menyadari posisinya di antara sejumlah tamu yang semuanya tengah menunggu waktu untuk terbang kembali ke negaranya.
Ketika semua telah pergi, resor pun akan ditutup, dan mereka pasti akan dioper ke pulau lain, di mana akan terjadi juga hal yang sama.
Khaled dan Peri melewati akhir bulan Maret kemarin di fasilitas isolasi khusus yang dibangun oleh pemerintah Maladewa di sebuah resor di Pulau Olhuveli.
Mereka berterima kasih pada pihak berwenang dan staf resor yang telah bersedia memotong tarif penginapan.
"Mereka melakukan yang terbaik untuk membuat kejadian ini menjadi pengalaman lebih menarik bagi kami. Jadi, ketika malam tiba, mereka memainkan musik, ada DJ setiap harinya, tapi terkadang kami merasa sedih karena tidak ada satu pun yang menari," sebut Khaled.
Di sana terdapat kurang lebih 70 orang lain selain Peri dan Khaled, kebanyakan mereka juga pasangan yang tengah melangsungkan perjalanan bulan madu.
Bedanya, mereka memang memilik Maladewa sebagai tujuan bulan madu, sementara Khaled dan Peri tidak demikian.
Hampir 300 turis meninggalkan Maladewa yang saat ini telah menutup kunjungan baru dari luar.
Mereka mengaku hanya beberapa kali mengunjungi pantai selama di sana, karena sering terjadi hujan lebat mengingat ketika itu adalah musim angin muson.
Selain itu, mereka juga tengah menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Meski Khaled dan Peri terperangkap di tempat yang sangat indah selama di saat pandemi ini, mereka mengaku sangat ingin kembali ke Dubai.
Namun, semua itu tidak akan mudah, karena status mereka di UEA hanya sebagai penduduk, bukan warga negara.
Jadi mereka tidak akan diijinkan untuk kembali ke Negara Teluk itu.
Terbang ke Mesir dengan mengandalkan penerbangan khusus pemulangan dari negara mungkin menjadi satu opsi yang tersisa.