Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak tertarik mendukung pasangan calon independen Bagyo Wahyono - FX Supardjo (Bajo) dalam Pilkada Kota Solo. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Jawa Tengah Abdul Fikri Faqih mengatakan, pasangan Bajo sejak awal banyak dipermasalahkan elemen masyarakat Solo karena ada dugaan dokumen tidak valid dan hal ini menjadi rawan masalah hukum ke depannya.
"Nampaknya teman-teman Solo juga tidak tertarik dengan pasangan ini karena rawan dimasalahkan secara hukum," papar Fikri.
Melihat kondisi tersebut dan keinginan kader PKS di Solo, maka Fikri memastikan PKS tidak akan mendukung pasangan independen itu untuk melawan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakoso di Pilkada Solo.
"Bila dukung pasangan ini, energi kami tidak di pemenangan. Nanti malah untuk menangkis masalah-masalah yang muncul saja," ucapnya.
Abdul Fikri Faqih mengatakan, sampai saat ini kader PKS di daerah masih menunggu perubahan sikap partai untuk mendengarkan aspirasi masyarakat Solo. "Opsi lain adalah menggunakan 25 persen peluang maju dengan suara tanpa hitungan kursi untuk melawan Gibran," papar Fikri.
Menurut Fikri, jika dua opsi tersebut sampai batas akhir pendaftaran calon kepala daerah tidak tercapai, maka PKS akan bersikap tidak mendukung Gibran maupun calon independen Bagyo Wahyono.
"Kalau ternyata hingga 6 Desember tidak ada dinamika, ya pilihan kemungkinan abstain dan tidak mendukung kedua pasangan yang muncul sekarang," ujar Fikri.
Diketahui, jumlah kursi di DPRD Solo sebanyak 45 kursi, 30 kursi diraih PDIP, sisanya PKS 5 kursi, Gerindra, Golkar, PAN masing-masing 3 kursi dan PSI 1 kursi. Untuk memajukan calon, partai politik harus memenuhi syarat yaitu 20 persen dari total atau sembilan kursi. Namun, partai politik lainnya yang memiliki kursi di DPRD Solo telah menyatakan dukungan ke Gibran.
Pengamat politik dari Al-Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin menyebut kehadiran Bagyo Wahyono-FX Supardjo di Pilkada Kota Solo, hanya untuk menciptakan kesan demokrasi dalam pemilihan calon kepala daerah. "Dalam politik bukanlah sesuatu yang aneh. Sudah pernah saya katakan Gibran bisa lawan kotak kosong, bisa juga mendorong orang lain untuk maju agar Pilkada tak terkesan monoton dan agar terkesan demokratis," kata Ujang.
Menurut Ujang, drama mendorong seseorang untuk maju pilkada sudah menjadi pola umum, dan kerap dilakukan calon kepala daerah yang tidak memiliki tandingan. "Saya punya teman, di pilkada yang lalu dia maju lagi, karena dia incumbent, agar terlihat demokratis, maka dia carikan KTP untuk calon perorangan daftar Pilkada," papar Ujang.
Oleh sebab itu, Ujang berkeyakinan, pilkada kota Solo akan dimenangkan Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa dengan mudah, apalagi ayahnya seorang Presiden Indonesia. "Bagyo itu lawan ringan dan mungkin saja Gibran menganggapnya hiburan. Jadi Gibran akan melenggang jadi wali kota Solo," papar Ujang. (tribun network/ton/ais/mam/sen/wly)