Bahkan menyoal gaji, masih banyak pahlawan pendidikan honorer hanya mendapatkan Rp 600 ribu setiap bulan.
Paulus Tri satu di antara pengajar honorer asal Kota Semarang misalnya, yang mendapatkan gaji Rp 600 ribu untuk jasa mengajarnya setiap bulan.
"Bayaran saya per jam Rp 25 ribu, ya kalau di kalikan 24, paling dapat Rp 600 ribu setiap bulannya," katanya kepada Tribunjateng.com, Senin (14/9/2020).
Dengan gaji Rp 600 ribu, Paulus merasa masih beruntung.
Pasalnya masih banyak GTT yang hanya mendapat jatah mengajar 12 jam setiap bulan.
"Masih banyak kalau itu, saya juga pernah merasakan.
Kalau dihitung gaji hanya Rp 300 ribu. K
alau dibilang cukup untuk mencukupi hidup pastinya tidak," paparnya.
Ia menerangkan bertahun-tahun nasib guru honorer tidak berubah.
Meski demikian, ia tetap menjalankan profesinya untuk mencerdaskan bangsa.
"Mau mengeluh juga sudah sering namun sama saja tidak ada perubahan.
Yang kami bisa lakukan ya menjalankan amanat untuk memberikan ilmu ke pelajar meski pendapatan sangat minim," ucapnya.
Di Jateng, jumlah GTT dan PTT tahun ini mengalami penurunan.
Data dari Disdikbud Provinsi Jateng mencatat, tahun lalu GTT dan PTT mencapai 22.737 orang sedangkan tahun ini turun menjadi 22.561 orang.
Atik, Pengurus Persatuan Guru Honorer K2 Pemalang, menjelaskan catatan buruk nasib guru honorer, bisa membuat minat sarjana menjadi pengajar turun.