TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Provinsi Jateng telah menerapkan berbagai peraturan untuk menekan angka penularan Covid-19.
Tak terkecuali untuk dunia pendidik dan pelajar, dalam pelaksanaan simulasi pembelajaran tatap muka di wilayah Kabuapten Temanggung, Wonosobo, dan Kota Tegal.
Tak hanya protokol kesehatan ketat, bahkan pengawasan dilakukan ke pelajar dari rumah ke sekolah hingga kembali ke wali murid juga diterapkan.
• Pelaku Mutilasi Rinaldi di Apartemen Kalibata Ternyata Pernah Jadi Pelakor dan Viral Tahun 2019
• Video Tawuran Antar Perempuan di Bandarharjo Semarang
• Teror Orang Misterius Lempar Batu ke Truk Jalur Mangkang Semarang
• 2 Wanita Pemandu Karaoke Bergaun Seksi Dihukum Menyapu Jalan Semarang Timur
Di sisi lain edukasi dan sosialisasi juga masif digelar ke pelajar, untuk menyadarkan pentingnya protokol kesehatan di tengah pandemi.
Meski demikian, Pemprov Jateng menemukan masih banyak pelajar yang tidak mematuhi protokol kesehatan.
Hal itu diakui Sekda Provinsi Jateng, Herru Setiadhie, saat mengisi webinar bertema anak-anak dalam pusaran kluster keluarga, Jumat (18/9/2020).
"Penerapan protokol kesehatan terutama di tingkat pelajar di Jateng terus kami lakukan. Namun masih kami temukan banyak pelajar yang melanggar, terutama saat berkegiatan keseharian," paparnya.
Dilanjutkannya, guna mengantisipasi penularan Covid-19, Gubernur Jateng juga mengeluarkan peraturan mengenai protokol kesehatan di tengah pandemi.
"Tujuannya untuk mencegah pernularan Covid-19, baik di tingkat pelajar maupun masyarakat," katanya.
Selain kepatuhan protokol kesehatan, ia juga menerangkan, pentingnya penerapan model pembelajaran interaktif untuk pelajar di tengah pandemi.
Pasalnya, para pelajar mulai jenuh dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi.
Bahkan Pemprov Jateng mencatat, 36,8 persen pelajar mengalami kejenuhan di dalam pelaksanaan PJJ.
Untuk itu Herru, menuturkan metode pembelajaran interaktif, dibutuhkan untuk mengatasi ke bosanan pelajar.
"Hal itu sebagai satu di antara upaya mewujudkan sekolah ramah anak, meski digelar secara daring di tengah pandemi," jelasnya.
Dilanjutkannya, sistem pembelajaran di tengah pandemi harus diisi dengan pengalaman empiris.
"Selain guru, wali murid harus wajib membantu mengajarkan dan memberikan pengalamam belajar secara empiris, jadi semua pihak harus membantu jangan hanya menyalahkan sekolah dan model pembelajaran daring," ucapnya.