Berita Regional

Tsabit Azinar Sebut Tidak Perlu Ada Mata Pelajaran Wajib atau Pilihan

Penulis: Muhammad Sholekan
Editor: muh radlis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dosen Jurusan Sejarah Unnes, Tsabit Azinar Ahmad

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Menanggapi polemik wacana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang berencana membuat mata pelajaran sejarah menjadi tidak wajib dipelajari siswa SMA dan sederajat.

Dosen Jurusan Sejarah Unnes, Tsabit Azinar Ahmad menuturkan kurikulum adalah tentang bagaimana menyesuaikan pembelajaran dengan jiwa zaman

Menurutnya, penyederhanaan kurikulum menjadi hal yang lumrah dilakukan.

Saat Akan Dirudapaksa untuk Kali Kedua, Wanita Penjual Gorengan Ini Temukan Ide Agar Berhasil Kabur

Kronologi Seorang Wanita Sebarkan Virus Corona ke 19 Orang

Wanita Positif Corona Bikin Geger Kota Semarang Isolasi Mandiri di Kendal, Warga Trisobo Heboh

Respons Pemerintah Desa Trisobo Kendal Soal 1 Keluarga Viral Asal Semarang Isolasi Mandiri di Sana

Namun, sensitif jika menempatkan posisi sejarah sebagai mata pelajaran pilihan.

"Jika mau fair, tidak perlu ada wajib atau pilihan.

Jadi semua setara posisinya," tuturnya kepada Tribun Jateng, Senin (21/09/2020).

Meskipun dalam sejarah ada ungkapan sejarah ditulis oleh pemenang.

Sebagai contoh, Orde Baru (Orde Baru) memberikan kurikulum tunggal pada mata pelajaran sejarah.

Seperti halnya mengenai peristiwa 1965, meskipun sudah banyak penelitian yang sudah dilakukan oleh banyak akademisi yang membantah narasi dari Orba.

"Justru itu urgensinya evaluasi kurikulum.

Agar materi sejarah bisa disesuaikan.

Bisa menjadi media rekonsiliasi," ungkapnya.

Tsabit mengungkapkan, intinya, di mata pelajaran tidak hanya belajar tentang sejarah, tetapi juga belajar dari sejarah, dan belajar ditulis oleh sejarah.

"Karena bagaimanapun peserta didik berhak untuk menentukan menulis sejarahnya sendiri di kemudian hari," terangnya.

Penulis buku Sejarah Kontroversial di Indonesia: Perspektif Pendidikan itu menyampaikan, paling penting dari sejarah adalah bagaimana kita diajak untuk berpikir kritis.

"Jangan hanya mudah dibawa isu tentang masa lalu, tetapi tentang bagiamana mengambil makna dari masa lalu.

Dari sini, kemudian kita bisa tahu tentang identitas nasional dan sebagainya," tandasnya. (kan)

Ely Sugigi Kerap Punya Pacar Brondong: Takdir Allah, Aku Bertemu Orang Ganteng dan Cakep

Kronologi Seorang Wanita Sebarkan Virus Corona ke 19 Orang

Alasan Ammar Zoni dan Irish Bella Beri Nama Anak Pakai Angka 1453

Kepala Satpol PP Kota Tegal: Pelanggar Tidak Pakai Masker Banyak dari Luar Kota

Berita Terkini