Berita Tegal

Ini Makna Sedekah Nasi Langgi Rebo Wekasan Bagi Masyarakat Tegal dan Brebes

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nasi langgi dalam rebo wekasan yang siap dibagikan untuk para tetangga.

Lauknya adalah sayur-sayur mentah yang diurap, seperti terong, kacang panjang, dan mentimun. Kemudian ditambahkan lauk ikan gesek, tempe kukus, dan suwiran telur goreng.

Ia mengatakan, urap menjadi ciri khas dalam nasi langgi yang dibadikan kepada masyarakat.

Karena berbahan dasar santan atau kelapa yang artinya putih atau kembali ke suci.

Menurut Wijanarto, masyarakat di Tegal dan Brebes juga menyebut nasi langgi dengan nama nasi adep-adep.

Adep itu bermakna Madep mantep menghadapat Sang Khalik.

“Tradisi ini mempunya nilai agar masyarakat memperhatikan lingkungan. Jadi tetangga menjadi bagian penting untuk berbagi,” jelasnya.

Tradisi Lain di Tegal

Wijanarto mengatakan, ada tradisi tolak bala yang juga menarik selain sedekah nasi langgi di wilayah Tegal.

Masyarakat di Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, memiliki tradisi tolak bala pada rebo wekasan dengan berziarah ke makam Syekh Maulana Maghribi.

Ia mengatakan, ada sebuah makam yang dipercayai adalah makam Syekh Maulana Maghribi di Bukit Sitanjung Lebaksiu, Kabupatan Tegal.

“Jadi kalau dalam kondisi normal (red, tidak pandemi Covid-19), dari wilayah Patung GBN Lebaksiu sampai Bukit Sitanjung itu ramai. Ramai pedagang, ramai peziarah, dan ramai oleh aktivitas masyarakat pada rebo wekasan,” ungkapnya.

Menurut Wijanarto, dari tradisi tersebut kemudian menjadikan Bukit Sitanjung sebagai wisata religius untuk berziarah.

Ia mengatakan, pada rebo wekasan masyarakat akan berdoa kepada Allah SWT meminta keselamatan dan terjauh dari bencana.

Namun ia menyayangkan terjadinya deviasi.

Upaya untuk meminta keselamatan berubah menjadi ajang permintaan jodoh.

“Justru terjadi deviasi, upaya meminta keselamatan berubah menjadi ajang permintaan jodoh,” ungkapya. (fba)

Berita Terkini