Mulai kelas 1 MTs hingga Aliyah, ia aktif di Mading Embrio. Di sana ia mengisi redaksi seni budaya, antara lain kolom komik. Di situlah ia merasa menemukan wahana untuk mencurahkan minatnya.
Ia merasa sangat bahagia ketika karya-karyanya mendapat perhatian dari para kiai.
“Sepekan sekali setiap saya mengganti tema mading, paginya selalu dilihat oleh para kiai di Mathole’. Itu membuat saya makin percaya diri,” tutur Zuli.
Namun, suatu momen saat ia duduk di kelas 2 MA sempat membuat ia berdebar-debar. Ketika itu ia dipanggil oleh Kiai Anas, pengajar di Mathole’. Zuli menduga dirinya akan dimarahi atau dihukum karena suka menggambar, bahkan juga menggambari buku-bukunya.
“Ternyata saya malah diwejangi, ‘kamu punya bakat, punya potensi. Lanjutkan, gunakan yang baik, in syaa Allah manfaat dan barokah’,” ujar Zuli semringah.
Bahkan, oleh Kiai Anas, Zuli bersama seorang kawannya bernama Imaduddin justru diberi kesempatan untuk menggambar bahan ajar praktik wudu dan praktik salat untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI). Imaduddin membuat kaligrafi, sedangkan Zuli menggambar ilustrasinya.
“Setelah itu saya tambah yakin bahwa ini jalan hidup saya. Saya merasa harus benar-benar kompeten di bidang ini,” ujar Zuli.
Begitu lulus MA, setelah belajar bahasa Inggris di Pare selama satu tahun, pada 2012 Zuli mantap melanjutkan pendidikan di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
“Untuk masuk sana saya harus bersaing dengan 680 orang, yang dipilih hanya 40 anak kelas reguler. Adapun teman-teman saya banyak mendaftar di UIN, saya sendiri yang daftar di ISI,” kata dia.
Zuli bersyukur telah memiliki pondasi ilmu agama yang ia dapatkan ketika mondok. Bekal ilmu agama itulah yang ia gunakan sebagai landasan dalam berkarya.
Menurutnya, di tangan santri, desain grafis bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan khazanah kebudayaan Islam dan ajaran Islam damai.
Dengan keyakinan tersebut, pada 2017 Zuli membuat Buku Infografis Masjid Kajen untuk tugas akhirnya. Buku infografis tersebut mengeksplorasi ornamen-ornamen Masjid Kajen yang menunjukkan ajaran dan laku tasawuf dari Syekh Ahmad Mutamakkin, waliyullah yang berdakwah dan dimakamkan di Desa Kajen.
Berkat buku tersebut, Zuli kerap dipercaya untuk memandu para turis maupun peneliti, baik lokal maupun mancanegara, yang hendak mendalami ajaran dan artefak Syekh Mutamakkin. Ia juga pernah memandu mahasiswa dari Chicago, Amerika Serikat.
Pada 2016, Zuli juga pernah menjuarai lomba desain ilustrasi Haul Ke-7 Gus Dur yang diadakan oleh Santri Design Community. Satu di antara juri lomba tersebut ialah Alissa Wahid.
Dalam lomba tersebut Zuli menggambar karikatur Gus Dur memakai baju zirah dan memegang panah. Ujung mata panahnya berbentuk simbol hati. Desain ini juga merupakan bagian dari promosi Islam damai.