Bahkan, perlakuan kekerasan yang mengakibatkan kedua matanya buta, dipicu oleh permasalahan yang mungkin bagi kebanyakan orang amat sangat sepele.
Penuturan Sugiyem mengenai hal ini sempat membuat para relawan PMI yang berkunjung ke rumahnya tertegun.
”Kekerasan yang membuat mata saya buta terjadi pada malam menjelang bulan puasa. Mata saya ditonjok-tonjok. Penyebabnya, saya masih ingat, karena saya tidak boleh melihat cermin yang di toilet. Tapi namanya orang keluar masuk lebih dari 20 kali sehari, saya kelupaan tidak menunduk, akhirnya saya masuk tidak sengaja melihat cermin. Katanya (majikan) saya bercermin, padahal saya tidak sengaja melihat kaca. Cuma karena saya melihat kaca dia marah,” papar dia.
Mengenai luka bekas seterika di tangan kanannya, Sugiyem tidak bisa menjelaskan kapan terjadinya.
Ia beralasan, ketika itu kedua matanya telah buta, sehingga ia tidak bisa membedakan antara siang atau malam.
“Pagi, siang, atau malam saja saya tidak tahu, apalagi bulan. Saya luka-luka dibiarkan saja, saya minta ke dokter nggak dikasih,” kata dia.
Sugiyem menambahkan, setiap kali si majikan perempuan marah, setelahnya ia tidak diberi makan selama dua sampai tiga hari.
Hal ini membuatnya kian tersiksa dan meminta dipulangkan.
Si majikan menolak memulangkan Sugiyem. Alasan awalnya, tidak ada pesawat, baru ada bulan empat (April).
“Tapi setelah beberapa bulan lewat, majikan nggak komentar apa-apa. Begitu saya tanyakan, katanya di Indonesia banyak yang kena corona, tertinggi angkanya. Saya tidak tahu ditakut-takuti atau memang betulan. Namanya juga saya tidak pegang HP,” ungkap dia.
Sugiyem akhirnya diizinkan pulang ke Indonesia setelah ia beralasan bahwa dirinya terkena guna-guna.
“Saya bilang, badan saya macam begini, saya kena sihir. Saya mau berobat ke pesantren. Baru saya dikasih pulang,” kata dia.
Akhirnya, Sugiyem berangkat ke tanah air pada Jumat 23 Oktober 2020 dan tiba di rumahnya di Sukolilo, Pati, pada keesokan harinya.
“Harapan saya cepat ditangani. Saya ingin mata saya sembuh, bisa melihat seperti semula,” ungkap dia lemah.
Kastono (40), adik kandung Sugiyem, berharap kakaknya bisa sembuh dan mendapat keadilan.