Dia menerangkan, untuk menindaklanjuti intruksi tersebut, total ada tujuh personelnya yang dikerahkan guna mengoptimalisasi sistem penanggulangan banjir di wilayah Kali Tenggang.
Mereka bersiaga 24 jam yang terbagi tiga shift kerja. Keberadaan rumah pompa Kali Tenggang terhitung vital lantaran menjadi titik sentral sebagai tempat pengendali banjir untuk wilayah Gayamsari, Pedurungan, Muktiharjo, Medoho dan daerah lainnya di Kecamatan Semarang Timur.
“Mesin pompa kami operasikan non stop bisa membuang air 1.000 meter kubik per detik,” katanya.
Diakuinya, mesin pompa hidrolik memang sering macet. Hal itu wajar sebab mesin beroperasi secara terus menerus.
Kendati demikian, dia harus menyiasati andai mesin hidroliknya macet atau pipa pompa bocor.
"Maka kami harus bisa mengakalinya. Pipa pembuangan air yang bocor juga harus kita tambal," imbuhnya.
Dikatakan Wisnu, hingga pertengahan November ini kondisi wilayah Semarang Timur masih relatif aman dari bencana banjir.
Elevasi sungai yang terpantau dari rumah pompanya masih stabil dengan level normal.
“Kami punya tujuh kamera CCTV yang tersebar diberbagai titik, fungsinya untuk memantau ketinggian debit air sungai.
Sewaktu hujan deras dan debit air semakin tinggi kami dapat segera bergerak cepat mengatasinya,” bebernya. (*)